Rabu, 27 Januari 2016

#13 Perintah dokter: "Kamu harus kena serangan kejang sekarang juga"

Aku ingin sekali secepatnya melakukan tes MRI ulang di Jakarta, supaya segalanya menjadi lebih jelas. Tapi ternyata aku harus menunda kepergianku ke Jakarta sampai sekitar dua minggu lebih. Seperti yang kita ketahui saat itu terjadi banjir besar di Jakarta selama dua minggu di awal bulan Februari 2007 yang mengakibatkan segala aktivitas jadi terbatas. Ditambah lagi, rumah sakit tempat aku harus tes MRI itu ada di daerah Kelapa Gading, daerah terparah terkena bencana banjir. Ya sudah, mau tidak mau akhirnya aku menunggu.

Kepergianku ke Jakarta kutunda sekalian sampai acara wisuda yang jatuh pada tanggal 20 Februari 2007. Tidak terasa aku sudah lulus. Rasanya cepat sekali, sepertinya baru kemarin aku lulus SMU dan masuk kuliah. Inilah yang membuatku ingin segera sembuh supaya aktivitasku tidak terbatas lagi, tidak tergantung pada orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan bisa membuatku lebih mandiri.

Tanggal 21 Februari 2007 aku berangkat ke Jakarta dan langsung menjalani tes MRI. Setelah hasil MRI di Jakarta keluar, aku sempat agak kecewa karena di surat penjelasan hasil MRI itu tidak menunjukkan apa-apa. Dan untuk orang awam hasil tes itu menunjukan kalau aku baik-baik aja. Tambahan penjelasan deskripsi menunjukkan bagian hippocampus otak kanan berukuran 13,5 satuan volume, dan bagian hippocampus otak kiri berukuran 10 satuan volume. Aku tidak tahu apa artinya itu, sama juga dengan kalau lihat gambar foto hasil MRI otak, aku tidak tahu artinya.
Tapi semua itu berubah seketika ketika aku ke Semarang dan ketemu Dr. Zainal pada tanggal 2 Maret 2007. Aku menemui beliau di RS dr Kariadi Semarang. Tanpa melihat surat deskripsi/interpretasi hasil tes, beliau langsung memberi tahu sumber masalah di otakku.

”Ini lho, yang bikin kamu sering kejang-kejang,” begitu katanya. Aku lihat sumbernya ada di otak kiriku. Di situ ada bagian yang mengecil kalau dibandingkan dengan bagian yang sama di otak kanan. Dan ternyata itu tertulis di surat deskripsi hasil tes, bahwa ukuran hippocampus otak kiri lebih kecil daripada hippocampus otak kanan (ukuran normal). Bagian hippocampus di otak kiriku itulah yang bermasalah, dan yang membuat aku jadi sering kena serangan sehingga memancing kambuhnya serangan kejang.


Beliau mengatakan bahwa hippocampus di otak kiriku mengecil, terus jadi keras, menebal, dan kering. Padahal semua bagian otak itu harusnya kenyal dan lembek seperti tahu. Bagian itu berfungsi untuk memori jangka pendek, tepatnya mentransfer memori jangka pendek menjadi jangka panjang. Karena bagian di otak kiri itu tidak berfungsi, makanya beban dialihkan ke otak kanan. Kalau begitu terus didiamkan maka akhirnya bisa gawat. Bisa-bisa nanti bagian otak kanan juga ikut kena penyakit.

Aku jadi mengerti, mungkin itu penyebab aku jadi  pelupa setelah mengalami serangan kejang epilepsi. Dulu waktu dapat serangan yang besar, bahkan sampai jatuh. Selama seminggu aku susah berpikir, berkonsentrasi, dan mengingat.

“Dari hasil MRI ini saya sudah yakin 90% bahwa penyebab kejangmu ada di hippocampus otak kiri. Saya sarankan untuk segera dioperasi, mumpung saat ini kamu sudah lulus kuliah jadi tidak memiliki kesibukan lagi. Kita akan angkat bagian otak ini. Tidak perlu khawatir untuk masalah kognitif atau memori, nantinya akan pulih lagi seperti semula. Bagaimana?”

”Ok dok, saya bersedia”, Jawabku dalam rentang 2 detik setelah dr Zainal bertanya. Aku tidak takut untuk operasi. Sejak beberapa bulan lalu aku sudah bersahabat dengan epilepsi. Kalaupun operasi ini gagal, yang berarti aku masih tetap mengalami kejang. Aku bisa menerimanya dengan lapang data. Aku tidak takut gagal. Jadi opsi ini perlu dicoba, siapa tahu operasi ini berhasil. 

”Bagus. Saya lihat kamu bersemangat. Kalau begitu, kita jadwal kan operasi 9 hari lagi tanggal 11 Maret 2007. Bagaimana? Kalau kamu mau tahu bagaimana proses selama operasi, silahkan nanti hubungi 2 pasien saya yang saat ini sedang rawat inap. Mereka baru saja dioperasi 3 hari lalu”, kata beliau sambil menuliskan nama dan nomor kontak kedua pasien tersebut dalam sebuah kertas kecil.

Beliau juga menambahkan,”Saat ini saya sudah yakin dengan letak sumber kejang dari hasil MRI ini, tapi masih 90%. Supaya saya bisa yakin 100%, saya minta kamu tes EEG lagi. Kali ini kamu harus terkena serangan saat tes EEG, supaya alat tes bisa merekam sumber kejang pada otak saat terjadi serangan. Kalau tidak percuma saja dilakukan EEG. Sama jangan lupa video rekaman saat serangan ya”

Di saat itu alat tes EEG di Indonesia masih belum secanggih saat ini. Alat tes EEG hanya bisa merekam aktivitas otak selama 30-60 menit. Jadi aku harus kena serangan kejang saat alat tes EEG menempel di kepalaku, agar alat ini bisa mendeteksi bagian otakku yang menjadi sumber kejang. Saat ini alat tes EEG sudah makin canggih. Seperti di luar negeri, alat tes EEG bisa dipasang di kepala selama sekian hari. Jadi kita cukup beraktivitas seperti biasa di dalam kamar rumah sakit selama sekian hari. Alat tes EEG merekam segala aktivitas otak kita, termasuk ketika kita mengalami serangan kejang mendadak.

Percakapan dengan dr Zainal ini hanya berlangsung 5 menit. Hanya butuh 5 menit bagiku untuk mengambil keputusan besar menjalani operasi. Saat itu papa yang mendampingiku diam saja menunjukkan pendapat setuju. Tetapi beberapa bulan kemudian papa baru bercerita bahwa saat itu papa sebenarnya khawatir. Tetapi melihatku bersemangat, maka kekhawatiran itu makin lama hilang.

Segera setelah bertemu dr Zainal, saat itu masih siang hari, aku langsung booking kamar rumah sakit untuk minggu depan, dan kemudian pergi menuju ruang tes EEG. Di dalam ruang tes, dr Aris Catur Bintoro Sp.S sudah mempersiapkan alat tes EEG dan video recorder untuk merekam serangan kejangku. Setelah selesai memasang alat tes, aku diminta tidur, dan ‘memanggil’ serangan. Ini adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. 




Ilustrasi Tes EEG (Electroencephalogram)

Aku sudah berusaha ‘memanggil’ tapi gagal. Yang ada adalah aku menjalani tes EEG dengan emosi positif. Aku bahagia, senang, dan bersyukur menyambut operasi. 

"Wah....ini sih susah memanggil serangan kejang-kejang. Kamu dari tadi senyum-senyum terus sih. Bisa nggak kamu sekarang sedih atau marah gitu? Supaya serangan kejang bisa muncul?", dr Aris meminta

"Susah dok kayaknya. Emosi terlanjur bahagia mendapat peluang sembuh lewat operasi", kataku

Dr Aris pun menyerah. Dia minta aku tes sekali lagi minggu depan saat sebelum operasi.  Dia minta aku bersungguh-sungguh ‘memanggil’ serangan. Jangan seperti hari ini dimana aku nampak seperti orang yang bahagia dan tidak punya masalah. Ternyata faktor emosi dan psikologis sangat berperan dalam ‘pemanggilan’ serangan.


Aku kemudian pulang ke Yogyakarta sambil menunggu dan mempersiapkan diri menjelang operasi. dr. Zainal mengatakan bahwa tanggal 9 Maret 2007 aku harus sudah masuk ke RS tempat operasi yaitu Rumah Sakit  dr. Kariadi Semarang untuk menjalani segala macam tes sebelum berjalannya operasi bedah otak.

Minggu depan adalah salah satu momen bersejarah dalam hidupku.....

2 komentar:

  1. mas Aska salam kenal
    saya Ardhi dan sejak 2009 saya terkena epilepsi
    gejala yg saya alami sebelum terkena serangan adalah de javu
    dan hasil tes mri menunjukan bahwa hippocampus kiri saya lebih kecil dibandingkan yg kanan
    pd 2013 saat saya sedang yudisium, saya kambuh bahkan di depan dekan lalu saya dilarikan k rs sardjito
    setelah itu saya dapat kabar ttg dokter di Semarang yg dapat mengatasi epilepsi saya
    di Semarang, dr. Zainal memberitahukan bahwa terjadi pengapuran n saya dianjurkan untuk operasi, namun pd eeg saya tidak kambuh
    selain itu saya tidak berani karena resiko yg diberitahukan adalah cacat bahkan bisa kematian

    saat ini saya sudah bekerja, namun tempat saya bekerja mewajibkan diklat militer
    apabila tidak pernah ikut diklat tersebut maka status saya hanya pns pelaksana admin n karir saya tidak dpt berkembang
    namun sampai saat ini apabila saya terlalu capek, saya dapat kambuh
    bahkan minggu lalu saya 2x mendapat serangan, salah satu terjadi di kantor

    mas, saya ingin bertanya mengenai operasi otak yg mas telah lalui
    apa saja efek setelah operasi yg mas rasakan?
    berapa lama waktu yg dibutuhkan agar kembali normal?
    mengenai posisi saya saat ini yg bekerja, apakah setelah operasi kemampuan otak saya masih sama ataukah akan menurun?
    lalu apakah saya dpt kehilangan beberapa ingatan karena masalah pd hippocampus saya?

    terima Kasih mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentang efek setelah operasi sebenarnya bisa dibaca di tulisan saya berikutnya. Overall, tidak ada efek buruk setelah operasi. Yang ada justru kemampuan berpikir dan memori saya lebih baik drpd sblm operasi. Proses pemulihan sendiri butuh sekitar 2 bulan. Ya seminggu stlh operasi sih sudah bisa beraktivitas normal, tetapi masih sulit berpikir & mengingat. Dilatih saja terus, dan nantinya bisa normal kembali, bahkan lebih baik. Bagian otak saya yg diangkat juga hippocampus, dan tidak ada memori yg hilang

      Hapus