Senin, 25 Januari 2016

#10 Mereka tidak akan tahu tentang epilepsi & penanganannya jika aku tidak pernah jujur

Di tahun 2006, tahun ke 4 aku kuliah, aku memiliki 2 agenda, yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Skripsi. Aku jalani dua agenda itu disaat yang hampir bersamaan. Untuk skripsi, aku mengangkat tema tentang perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan perkembangan teknologi informasi. Subyek yang aku teliti adalah para pegawai negeri sipil di kotamadya Yogyakarta, yang sedang dalam masa peralihan menuju sistem e-goverment. Setiap hari aku, dengan diantar oleh Ghofir, berkeliling 14 kantor kecamatan di Kotamadya Yogyakarta untuk mengumpulkan data.

27 Mei 2006
Saat itu aku sudah berhasil mengumpulkan data dari 12 kantor kecamatan. Aku berencana akan pergi ke 2 kantor kecamatan sisa untuk mengumpulkan data. Rencana ini berubah ketika tiba-tiba dipagi hari rumahku diguncang gempa 5,9 skala richter. Aku bersyukur tidak ada kerusakan di rumahku, karena rumahku jauh dari pusat gempa. Tetapi beda halnya dengan kotamadya Yogakarta dan kabupaten Bantul. Dua daerah tersebut mengalami kerusakan yang parah. Tidak terhitung lagi berapa jumlah bangunan yang rusak dan runtuh. Dua kantor kecamatan yang akan aku kunjungi termasuk ke dalam daftar bangunan yang rusak tersebut. Aku pun harus menunda penelitian ini sampai semuanya pulih.

Menyikapi kejadian ini, para mahasiswa UGM berinisiatif untuk membentuk kelompok KKN dengan visi memulihkan kembali kota dan masyarakat Yogyakarta. Aku turut terlibat dalam kegiatan KKN ini. Sebagai mahasiswa psikologi, aku juga bertanggung jawab untuk memulihkan kondisi psikologis masyarakat pasca gempa. Kegiatan ini berlangsung selama dua bulan.

Setelah kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul pulih dari kerusakan, aku mulai melanjutkan kembali pengumpulan data yang tertunda. Bulan agustus 2006 aku sudah selesai mengumpulkan data dan bisa melanjutkan ke tahap analisis data.


Oktober 2006
Aku menjalani ujian skripsi. Dalam menjalani ujian ini, pikiranku dihantui oleh rasa takut terhadap 2 hal, pertama aku tidak bisa menjawab pertanyaan dari dosen penguji, kedua aku terkena serangan epilepsi sehingga ujian harus diulang kembali.

Aku bersyukur bahwa aku bisa menjawab setiap pertanyaan dari dosen penguji dengan lancar. Ada beberapa hal yang tidak bisa aku jawab, tetapi kemudian aku mendapat petunjuk dari dosen pembimbingku, yang membantuku untuk menjawab pertanyaan dosen penguji. Dan yang paling membuatku lega adalah aku bisa bebas serangan saat itu.

Setelah selesai ujian skripsi, aku diminta untuk merevisi beberapa hal. Revisi segera aku lakukan, dan akhirnya aku memenuhi syarat untuk lulus. Pada tanggal 5 desember 2006 aku dinyatakan lulus, dan akan menjalani upacara wisuda pada bulan oktober 2007.



***

Satu hal yang aku rasa kurang di masa-masa perkuliahan ini adalah tidak memiliki teman dekat seperti saat SMA. Pada awalnya aku selalu menganggap bahwa mereka tidak nyaman untuk berteman dengan ODE. Tetapi semua ini berubah ketika aku mulai berani terbuka tentang kondisiku kepada mereka dalam sebuah acara reuni sekitar 1 tahun setelah wisuda.

Dalam acara itu aku diberi kesempatan untuk menceritakan kisah hidupku. Aku ceritakan semua hal tentang epilepsi yang aku alami, dan juga permintaan maaf kepada mereka karena tidak pernah berbicara jujur tentang kondisiku.

Respon yang aku dapatkan dari mereka sungguh diluar dugaan.

Ketika kamu sedang serangan kejang, biasanya aku bengong aja, tidak tahu ini kenapa, dan apa yang bisa aku lakukan....well, sorry aska kalo kita juga terkesan cuek”, kata seorang teman

Teman lain menambahkan,”Takut salah memberi bantuan. Takut juga kalau misalnya semakin banyak orang yang memperhatikan kamu, bikin kamu makin tertutup 

Ada juga yang berpendapat,“Kalau misal dulu kamu memberi tahu ke kita tentang kondisimu, kita mungkin akan lebih tahu gimana mensikapi keadaan. Tapi juga itu tidak bisa dipaksakan. Butuh proses, dan sekarang kan kamu sudah lebih terbuka. Aku yakin bahwa sebenarnya  gak ada teman yang merasa terbebani”


Ini menjadi pelajaran penting bagiku. Jika aku tidak berani terbuka kepada mereka bahwa aku adalah ODE, maka aku juga tidak pantas berharap bahwa mereka akan menerima dan memahami kondisiku. Kejujuran pada diri sendiri dan orang lain adalah kunci utama untuk bisa hidup sehat bersama epilepsi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar