Kamis, 28 Januari 2016

#14 "Otakmu akan dibedah, apakah kamu akan menjadi orang bodoh?"

Mungkin seharusnya aku takut untuk dioperasi. Operasi bedah itu adalah sebuah langkah yang mengerikan dan perlu dipertimbangkan masak-masak sebelum mengambil keputusan untuk dioperasi atau tidak. Apalagi ini soal operasi di bagian otak. Kadang aku juga sulit buat membayangkan operasi di otak. Untuk mencapai syaraf-syaraf otak aja, dokter harus membuka tengkorak. Belum lagi banyaknya syaraf-syaraf di otak yang mungkin sampai berjuta-juta jumlahnya. Gimana caranya dokter bisa menemukan syarafku atau bagian otakku yang bermasalah? Belum lagi soal resiko gagal?

Tapi ternyata keresahan ini tidak berlaku padaku, sebaliknya aku malah senang sekali. Aku tidak takut, bagiku itu adalah sebuah harapan besar untuk sembuh. Mungkin perasaan senangku ini muncul karena aku udah bisa berpikir positif tentang epilepsi. Kini aku percaya bahwa epilepsi itu adalah sebuah pemberian Tuhan yang dari luar nampak seperti kekurangan, tapi sebenarnya di balik semua itu epilepsi merupakan cara Tuhan mengajariku tentang pelajaran hidup. Aku memang ingin sembuh. Tapi semuanya tetap aku serahkan pada Tuhan. Jika operasiku ini gagal, itu berarti Tuhan masih ingin memberiku pelajaran-pelajaran hidup lagi. Tapi jika operasiku berhasil dan hidupku bisa terbebas dari gangguan epi, itu berarti aku sudah “lulus” dari pelajaran hidup-Nya tentang epilepsi untuk kemudian melanjutkan “studiku” dalam pelajaran hidup-Nya yang lebih tinggi lagi. Hanya itu yang ada di pikiranku dan aku pun mampu bersikap nothing to lose. Hidup ini jadi terasa jauh lebih nyaman tanpa beban.
***
Semakin dekat dengan masa-masa operasi, aku mendapat semakin banyak dukungan. Baik dari  dari keluargaku, saudara-saudaraku, temen-temenku, bahkan dari orang-orang yang selama ini tidak aku kenal dengan baik. Semua itu membuatku sadar akan kesalahan-kesalahanku selama ini. Selama ini aku selalu merasa ditinggalkan oleh orang-orang lain karena penyakitku ini, dan hanya orang-orang terdekatlah yang mau menemaniku.

Ketika mereka tahu kalau aku akan segera dioperasi, hal pertama yang mereka lakukan adalah mendukungku dan memberi doa restu supaya operasiku bisa sukses. Aku merasa jadi sangat bersalah pada mereka, ternyata mereka semua adalah orang-orang yang memiliki perhatian kepadaku. Mereka bukanlah orang-orang yang cuek dengan kondisiku.

Semalam sebelum keberangkatanku ke Semarang, aku berkumpul dengan temen-temen SMA. Perkumpulan kami berlangsung dengan meriah, penuh keakraban, bahkan berlangsung sampai dini hari. Dalam pertemuan itulah mereka memberikanku dukungan dan doa restu. Mereka adalah teman-teman yang sudah mengenal kondisiku apa adanya. Banyak sekali pertanyaaan-pertanyaan dari temen-temen yang membuatku jadi merasa terharu dan merasa bahwa teman Salah satunya adalah pertanyaan dari sahabatku yang bernama Ruth. 

"Aska..... ntar proses operasinya gimana sih?", tanya Ruth

"Dokter akan memotong & mengangkat sebagian kecil otak ku yang menjadi sumber kejang"

"Jadi...otakmu tidak akan utuh lagi dong?"

"Iya, karena ada bagian otak yang dipotong"

"Kalau begitu kamu ntar setelah operasi bakal masih ingat kita-kita nggak?", tanya si Ruth polos.

"Inget nggak ya......tergantung ingatan tentang kalian tersimpan di bagian otak sebelah mana. Kalau bagian itu yang diangkat, mungkin aku akan lupa kalian hehe..", jawabku setengah bercanda

"Jadi bakal bisa lupa ingatan atau amnesia?"

"Nggak lah. Mungkin yang akan sedikit hilang adalah ingatan jangka pendek. Tapi untuk ingatan jangka panjang tidak akan hilang. Aku tidak akan melupakan kalian semua", Jawabku penuh keyakinan

"Ok, mungkin kamu akan tetap ingat kita semua, tapi apakah lantas kamu menjadi bodoh?, sayang lho dulu kan kamu rangking 1 waktu kita di masa-masa SMA"

"Kalau soal itu sih kata dokter aku nggak bakalan jadi orang bodoh. Hanya sulit mengingat dan berpikir saja di awal pasca operasi. Tapi setelah dilatih lagi, kemampuanku mengingat dan berpikir kembali seperti semula, bahkan mungkin lebih baik"

"Iya deh....kita selalu berdoa semoga kamu bisa sehat bebas serangan"


Selain itu dukungan juga datang dari saudara-saudaraku yang ada di luar kota. Mereka memberikan dukungan baik secara langsung melalui telepon ataupun instant message

Hanya saja yang membuatku merasa aneh adalah saran beberapa orang agar aku sabar dan tabah dalam menjalani operasi. Seolah-olah operasi yang akan aku jalani ini adalah sebuah hal yang tidak mengenakkan. Padahal aku sendiri tidak merasa demikian. Aku justru  bersemangat menjalani operasi ini. Bagiku, ini adalah kesempatan yang besar untuk sembuh. 

Tapi tidak apa-apa jika mereka menilai seperti itu, yang penting adalah aku sangat berterima kasih atas segala dukungan dan doa restu mereka. Aku tidak bisa membalas apa-apa. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan akan membalas segala kebaikan dan doa mereka kepadaku, dengan hal yang sama, yaitu kebaikan dan anugerah-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar