Rabu, 27 Januari 2016

#12 Sebuah kepastian: Kejang ini adalah kejang epilepsi, bukan kejang kesurupan

Di hari Sabtu ini aku sebenarnya sudah berencana untuk pergi ke Semarang menemui dr Zainal Muttaqin. Namun ada satu hal yang membuat ku ragu apakah beliau praktek hari ini, mengingat di pagi harinya aku mendapat kabar dari Aditya Subekti bahwa ia dan dr Zainal Muttaqin akan menghadiri acara talk show live di TVRI tentang epilepsi. Aku pun langsung menyalakan TV dan melihat beliau sedang menjadi pembicara pada acara yang dimulai pukul 10 pagi tersebut. Inilah pertama kalinya aku melihat acara tentang epilepsi dan teman-teman ODE. Ternyata aku tidak sendiri, masih banyak ODE yang lain.

Papa kemudian mencoba mengkonfirmasi lagi ke rumah sakit, untuk memastikan bahwa hari ini beliau praktek di RS Telogorejo. Pihak rumah sakit mengkonfirmasi bahwa beliau akan tetap praktek namun jadwalnya mundur menjadi sore-malam hari. Setelah mendapat kepastian ini aku pun langsung berangkat ke Semarang pada siang hari.

Aku dan papa sudah tiba di rumah sakit pukul 15:00 dan menemukan ruang praktek beliau masih sepi. Kami pun menunggu berdua. Pukul 17:00 mulai berdatangan pasien lain. 2 jam kemudian beliau pun memasuki ruang praktek, dan tiba giliranku pada pukul 20:30.

“Selamat datang”, sapa beliau

Aku dan papa kemudian duduk di hadapan beliau. Kami menceritakan detail tentang gejala epilepsi yang aku alami, termasuk juga kapan pertama serangan dan kapan terakhir serangan. Setelah itu kami pun memberikan beberapa hasil tes MRI, EEG, CT Scan kepada beliau.

“Apakah kamu tahu ketika akan mengalami serangan?”, Tanya beliau kepada ku

“Tahu dok. Aku tiba-tiba merasa takut, seperti ada seseorang di belakangku. Semakin aku berusaha mencari tahu dari mana rasa takut ini, aku menjadi semakin takut. Sampai akhirnya aku hilang kesadaran, dan aku pun terkena serangan kejang”

”Hmmm….iya, rasa takut itu adalah sebuah pertanda munculnya serangan. Ada pasien saya yang mengalami hal yang sama. Ada juga pasien saya yang mengalami bentuk aura berupa suara dengung yang muncul tiba-tiba di telinga. Bentuk aura/pertanda ini bisa berbeda pada setiap ODE, karena ini juga tergantung dari bagian otak mana yang menjadi sumber kejangnya. Ada bagian otak yang berhubungan dengan indera pendengaran, selain itu ada juga yang berhubungan dengan memori dan perasaan seperti pada kasusmu ini ”, kata beliau.

Beliau juga bisa menjelaskan tentang perasaan-perasaan, aura negatif, rasa takut, cemas, yang biasa muncul sebelum serangan terjadi. Menurut beliau, hal ini disebabkan oleh listrik yang muncul di salah satu otakku. Kalau listrik itu sampai pindah ke sisi otak lain, aku langsung kena serangan. Tapi kalau listrik hanya sekedar muncul, terus padam lagi, maka yang muncul cuma perasaan-perasaan dan aura negatif saja, tanpa adanya serangan kejang, dan aura negatif itu akan hilang dengan sendirinya.

Mendengar penjelasan ini, aku merasa lega untuk pertama kalinya. Aku lega karena ada dokter yang bisa menerima keluhan rasa takut ini, bahkan beliau bisa menerima dan menjelaskan gejala rasa takut ini dari sudut pandang medis


Prof dr Zainal Muttaqin Sp.S dalam acara pengukuhan guru besar bidang epilepsi di Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2008

Beliau juga menambahkan, ”Dari hasil tes MRI ini terlihat bahwa ada satu bagian dari otak kirimu yang bermasalah. Terlihat ada bagian otak yang mengering dan mengencil dibandingkan bagian otak lainnya. Hanya saja ini masih terlalu umum, saya perlu lihat lagi lebih detail bagian spesifik mana yang bermasalah. Ibarat sebuah negara, Saya sudah bisa melihat bagian otak yang bermasalah di ada propinsi mana, tapi akan lebih baik lagi kalau beliau bisa lihat masalahnya ada di kabupaten mana, atau kecamatan mana, kelurahan mana, kalau perlu sampai RW dan RT mana. Oleh karena itu saya sarankan kamu lakukan MRI ulang dengan kekuatan yang lebih tajam. Saya ada referensi MRI di sebuah Rumah Sakit di Jakarta. Mereka sudah punya alat MRI dengan kekuatan 1,5 Tesla”

“Begitu ya dok”, aku semakin bersemangat mendengar penelasan beliau. Inilah jawaban yang aku cari selama hampir 10 tahun ini.

Selain itu, untuk memperkuat hipotesis beliau bahwa sumber kejangku ada di bagian otak kiri, beliau juga minta papa atau siapapun melakukan pengamatan yang jelas aku serangan. Cara nya adalah dengan merekam aku saat kejang. Ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Karena serangan kejang selalu muncul mendadak, dan kalau pun muncul hanya dalam waktu sekian detik. Jadi tidak ada waktu untuk menyiapkan video. Yang bisa kulakukan hanyalah memberi isyarat ke papa dan mama, di saat aura pertanda serangan muncul, dan biarkan mereka merekam kejadian tersebut melalui video handphone.

Sambil menulis surat pengantar tes MRI untukku, beliau berpesan, "“Saat ini kamu adalah calon sarjana. Seorang sarjana membutuhkan kualitas hidup yang lebih baik untuk dapat bekerja. Oleh karena itu, kesembuhan dari epilepsi adalah hal yang sangat penting. Minum obat terus itu baik, tapi kalau itu tidak menjamin sebuah kesembuhan, maka satu-satunya cara yang perlu diambil adalah operasi. Operasi untuk membuang bagian otak yang rusak yang menjadi sumber pembangkit kejang"

Bagian otakku akan ada yang dibuang? Semangatku sedikit memudar mendengar ucapan beliau. Dan kemudian banyak pertanyaan muncul dalam benakku: Apakah aku masih bisa hidup dengan otak yang tidak utuh lagi? Akankah aku menjadi orang bodoh? Akankah aku menjadi pelupa? Akankah aku hilang ingatan? Akan kah aku mengalami keterbelakangan mental?

1 komentar:

  1. Halo mas, boleh aku minta kontak nya? Aku mau sedikit bertanya hehe

    BalasHapus