Senin, 01 Februari 2016

#17 Masa pemulihan fisik & mental pasca operasi bedah otak

Pagi itu aku bangun dalam kondisi yang lebih baik. Rasa pusingku sudah berkurang signifikan, tetapi rasanya aku belum mampu bangkit dari posisi tidur. Tubuh ini rasanya lelah sekali.

Aku mencoba menggerak-gerakkan kaki dan tanganku dalam posisi tidur. Rasanya tubuh ini kaku. Setelah tangan dan kaki mulai bisa bergerak, aku mencoba menggerakkan kepalaku ke arah kiri dan kanan. Maksud hati supaya leher ini juga hilang rasa pegalnya. Tetapi ada sesuatu yang aneh.


Aku menengok ke kanan, serasa ada yang bergoyang di dalam kepalaku bagian atas


Ketika aku menengok ke kiri, goyangan tersebut makin berasa.


Rasanya seperti ada air dalam kepalaku tetapi air tersebut tidak terisi penuh, jadi ketika aku menggerak-gerakkan kepalaku ke kiri atau ke kanan, air tersebut turut bergerak-gerak. Sama seperti kita menggerak-gerakkan botol yang berisi air, tetapi air tidak penuh mengisi botol. Ada bagian yang terisi udara.


Pagi itu papa dan mama kembali datang ke kamarku. Tak lama setelah itu dr. Zainal menyusul


"Pagi Aska, gimana kondisimu"? tanya beliau


"Udah mendingan dok, daripada kemarin"


“Setelah operasi ini, kamu akan saya beri obat anti biotik selama 5 hari. Setelah 5 hari kamu boleh pulang. Kamu juga bebas mengkonsumsi apapun yang kamu suka. Tidak ada pantangan, yang penting kamu tetap makan seperti biasa"



"Makan apapun boleh dok?"


"Boleh, yang penting setelah makan jangan lupa minum obat"


"Alhamdulillah, saya sudah mulai bosan dengan menu rumah sakit karena tidak ada rasanya"


" Lalu kalau rasa pusing di kepalamu sudah hilang, kamu boleh turun dari tempat tidur dan berjalan-jalan. Jangan hanya diam di atas tempat tidur. Gerakkan tubuhmu"


"Iya dok"


"Satu lagi, dalam beberapa hari kedepan akan terjadi pembengkakan di sisi kiri wajah mu. Ini normal, karena bagian kiri kepalamu baru saja saya buka dan tutup kembali. Jadi saat ini kulit dan syarafmu sedang beradaptasi. Setelah proses ini selesai, pembengkakan ini akan hilang dengan sendirinya”, pesan dr Zainal.

Aku patuhi pesan dari dr Zainal. Beberapa hari pasca operasi, banyak sekali tamu yang datang menjenguk, mulai dari teman-temanku, saudaraku, ataupun rekan kerja papa dan mama. Semua orang menyampaikan pesan berupa doa agar kondisiku segera pulih kembali, dan juga penghargaan terhadap keberanianku menjalani operasi.

***

Pasca operasi aku belum terbebas dari serangan kejang 100%. Hampir setiap hari aku merasa seperti terkena serangan epilepsi, hanya saja bedanya sekarang aku merasa setengah sadar. Perasaannya sama seperti dulu. Aku merasa jantung berdetak kencang, kaki kedinginan, bagian tubuh panas, dan kalau dulu biasanya aku langsung hilang, kali ini tidak. Tubuhku menegang kencang dan aku merasa kalau aku berbicara sendiri. 

Aku sadar ketika aku berbicara sendiri tapi aku sama sekali tidak bisa mengendalikannya. Selain itu, beberapa hari pasca operasi suhu tubuhku selalu tinggi bahkan sampai 39 atau 40 derajat. Dokter sampai bingung, bahkan menduga aku terkena malaria. Berbagai macam tes dilakukan, tapi semuanya menunjukan kalau aku normal-normal saja.

Lima hari setelah pemberian antibiotik selesai, kondisiku membaik. Wajahku yang membengkak sudah kembali ke ukuran asal. Kabar baik di hari itu adalah dr Zainal sudah memberikan lampu hijau kepadaku untuk keluar dari rumah sakit. Tetapi sebelum keluar aku harus mengganti perban yang menutupi jahitan bekas operasi. Perban yang baru harus dipasang di kepalaku mengingat jahitan bekas operasi belum bisa dibuka.

Hari Jumat tanggal 16 Maret, aku keluar dari rumah sakit. Aku ucapkan terima kasih dan salam perpisahan kepada para perawat yang sudah membantuku selama hampir seminggu di rumah sakit. Di hari itu aku memutuskan untuk pulang ke Yogyakarta. Dr Zainal berpesan bahwa aku harus kembali ke Semarang pada tanggal 21 Maret untuk melakukan pembukaan jahitan.

Aku melakukan perjalanan Semarang-Yogyakarta dengan mengendari mobil. Aku duduk di belakang bersama mama, dan papa berada di depan dengan sopir. Ketika aku masuk mobil, kondisiku baik-baik saja. Namun ketika mobil berjalan, kepalaku langsung pusing seketika, karena tubuhku ikut bergerak mengikuti pergerakan mobil. 

"Ghofir...jalannya pelan-pelan saja", Aku minta sopirku untuk memperlambat kecepatan mobil, sehingga bisa meminimalisir pergerakan tubuh dan kepalaku saat duduk di dalam mobil. 


Kecepatan mobil pun melambat


"Lebih pelan lagi.......", teriakku sambil merasakan rasa pusing yang sangat hebat di kepalaku. 


Kecepatan mobil lebih lambat lagi. Tetapi karena jalanan berkelok-kelok, kepalaku tetap terasa pusing


"Pelan....pelan...."


Kecepatan mobil menjadi lebih lambat lagi sampai 20 km/jam


Setelah mobil berjalan lambat, rasa pusing di kepalaku sedikit reda. Tetapi muncul masalah lain. Tubuhku menjadi sangat kedinginan. 


"Matiin AC dong.....aku kedinginan", teriakku. Perintah yang aneh meningat saat itu hari masih siang dan udara di luar terasa panas sekali.


Akhirnya mereka pun mengalah. Mereka mematikan AC dan membuka jendela mobil. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya semobil denganku saat itu, kita harus menempuh perjalanan sekitar 150 km, dengan kecepatan maksimal 20 km/jam, berangkat dari Semarang pada siang hari, dan berada di dalam mobil tanpa AC.

Di perjalanan kami sempat mampir di sebuah restoran untuk istirahat sekaligus makan, tapi sayangnya, karena aku tetap merasa pusing berada di dalam mobil, aku jadi muntah-muntah. Sesampainya di rumah, setelah aku kembali makan, beberapa menit kemudian aku muntah lagi. Itu berlangsung sampai dua atau tiga hari berikutnya. 

Ternyata aku mengalami vertigo yang disebabkan keseimbangan air dan darah dalam otakku masih belum baik. Setelah minum obat antibiotik,  masalah vertigo memang teratasi, tetapi kemudian diikuti oleh serangan mirip epilepsi, seperti saat di Semarang beberapa hari yang lalu. Setelah konsultasi dengan dr. Zainal, ternyata itu disebabkan oleh obat antibiotik yang masih aku minum itu. Obat antibiotik itu terlalu kuat, dan harus diganti dengan yang lebih ringan. Setelah obatnya diganti, segalanya jadi lebih baik.

Belajar dari pengalaman ku ini, setiap ada rekan ODE yang berkonsultasi kepadaku tantang tips menjalani operasi, aku berpesan bahwa jika ia berasal dari luar kota semarang, sebaiknya tunda dulu kepulangan ke kota asal pasca operasi. Setelah keluar dari rumah sakit, kita bisa coba tinggal di rumah atau hotel selama beberapa hari. Ketika kondisi sudah baik dan jahitan di kepala sudah dibuka, baru kita bisa kembali ke kota asal.

Pengalaman sakit kepala dan pusing dalam perjalanan ini, membuatku berpikir sekali lagi untuk kembali ke Semarang seminggu berikutnya. Seharusnya aku pergi ke Semarang untuk proses pembukaan jahitan. Setelah dikonsultasikan dengan dr. Zainal, beliau memberi izin untuk buka jahitan di salah satu rumah sakit di Yoyakarta. Akhirnya setelah sepuluh hari pasca operasi, aku buka jahitan di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta saja.


Setelah itu, secara perlahan kondisiku mulai membaik. Kepalaku tidak pusing lagi saat digerakan. Aku tidak takut lagi jalan-jalan keluar rumah. Setiap hari aku tidak hanya tidur, tapi juga banyak bergerak. Aku harus tidur, berdiri, jalan, duduk, jalan lagi, kalau sudah capek, tiduran lagi. Aku beruntung saat itu aku sudah lulus kuliah, sehingga tidak ada aktivitas yang terganggu selama masa pemulihan ini.

Setelah kondisi badan sudah fit, langkah berikutnya adalah aku harus melatih otak ku kembali. Saat itu aku merasa sulit mengingat dan konsentrasi.

“Nantinya setelah operasi, kamu akan mengalami kesulitan mengingat, berpikir dan konsentrasi. Tetapi jangan takut, hal ini normal dialami oleh semua orang yang menjalani operasi ini. Yang penting teruslah latih otakmu. Kamu bisa berlatih mengingat, konsentrasi, dan berpikir. Lakukan saja dalam kehidupan sehari-hari. Misal mengingat daftar belanjaan, mengisi TTS, mengerjakan soal anak sekolah, dll. Jika kamu latih terus, maka otakmu akan pulih kembali. Bahkan kondisimu akan lebih baik dibandingkan sebelum operasi”, Pesan dr Zainal suatu hari.

Aku pun mulai melakukan beberapa hal, seperti mengetik di komputer, berbelanja dalam supermarket tanpa melihat daftar belanjaan yang sudah aku siapkan sebelumnya, dan juga mengingat nama teman-teman.


26 Maret 2007. Aku berulang tahun yang ke 23. Saat itu teman-teman SMA datang berkunjung ke rumah untuk menemuiku. Aku bisa mengingat nama-nama mereka semua, termasuk semua pengalaman indah sampai memalukan di masa-masa SMA. Malam itu kami pun pergi bersama ke sebuah rumah makan outdoor dekat rumah untuk merayakan hari ulang tahunku




Pada acara itu aku ucapkan sekali lagi rasa terima kasih ku yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah banyak menolongku saat aku masih sering terkena serangan di masa-masa SMA dahulu. Aku teringat beberapa hal:

Didied yang duduk di sebelahku dan selalu siap sedia tisu untuk menolongku saat kejang dan air liur keluar


Ruth yang khawatir bahwa aku akan hilang ingatan jika aku melakukan operasi bedah otak


Ataupun Tina yang menjadi salah satu cewek idola di masa SMA tetapi tidak malu, bahkan mau berteman dekat dengan ODE sepertiku


***

Satu langkah terpenting yang aku lakukan untuk mengasah kembali kemampuan berpikir, kemampuan mengingat, serta koordinasi otak kiri dan otak kanan adalah dengan cara menyalurkan hobiku: bermain piano.

Kemampuan mengingat aku latih dengan memainkan lagu-lagu di luar kepala. Kemampuan berpikir aku latih dengan membaca not angka, not balok, ataupun memainkan 1 lagu di berbagai nada dasar. Kemampuan koodinasi otak kiri dan otak kanan aku latih dengan berbagai teknik dan tipe lagu.

Kemampuan yang terakhir ini yang paling sulit dilatih. Oleh karena itu aku bagi latihan ini ke dalam beberapa tahap.

Pertama aku mainkan lagu pop dengan teknik chord yang sederhana lalu dikembangkan menjadi lebih kompleks:



Kedua, setelah lagu pop lancar. Aku mencoba lagu anak-anak dengan chord jazz:



Terakhir aku mencoba mengaransemen ulang lagu pop Indonesia, yang kata banyak orang adalah lagu pop alay, menjadi versi jazz


***

Kemampuan berpikir dan konsentrasiku perlahan mulai pulih pada bulan Mei 2007 (2 bulan pasca operasi). Aku pun merasa terpanggil untuk menjalankan ibadah umroh ke tanah suci sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberiku kesempatan untuk sembuh. Ibadah umroh dilaksakanan pada bulan Juni 2007. Aku selalu teringat percakapanku dengan Allah SWT saat aku memanggil serangan kejang pada waktu tes EEG sehari sebelum operasi.

Walaupun aku sudah bebas serangan pasca operasi, aku belum percaya diri untuk mengatakan bahwa ‘aku sudah sembuh’, karena terkadang aura rasa takut masih muncul walaupun kecil sekali kekuatannya. Dr zainal juga menyarankan aku untuk kontrol rutin kepadanya 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun pasca operasi untuk melakukan evaluasi. Jika dalam 1 tahun pasca operasi aku sudah terbebas serangan, serta aura tidak pernah muncul lagi, aku akan percaya diri mengatakan bahwa ‘aku sudah sembuh’ dan akan mengurangi konsumsi obat anti epilepsi secara perlahan, sampai akhirnya aku lepas dari obat.  Ketika aku sudah mencapai kondisi ini, aku menjadi lebih percaya diri untuk mulai bekerja, dan jika diperlukan aku bisa untuk bekerja di luar kota.

Aku tidak ingin membuang waktu dalam masa pemulihan 1 tahun ini. Aku pun berinisiatif untuk melanjutkan studi S2 psikologi di UGM. Jika nantinya teman-teman seangkatanku sudah memiliki nilai tambah berupa pengalaman kerja, aku juga bisa memiliki nilai tambah berupa latar belakang studi S2ku.

Selain itu, Guru piano ku juga memiliki cara untuk membantu meningkatkan kepercayaan diriku. Beliau memberiku kesempatan untuk mengajar piano pada anak-anak sekolah dasar yang hendak memulai belajat bermain piano. Guruku juga sudah memberikan materi pelajarannya. Hal yang perlu aku lakukan adalah menerapkan materi pelajaran tersebut saat mengajar. Aku terima kesempatan ini dengan baik, dan aku pun memiliki profesi sebagai guru piano di salah satu sekolah musik di Yogyakarta. Inilah profesi pertamaku

7 komentar:

  1. Trimakasih sudah menulis banyak pengalaman tentang penyakitnya,saya juga sama seperti mas Aska telah dioperasi otaknya saya sempat pesimis karena tidak konsentrasi dan mudah lupa,ternyata saya sedang proses penyembuhan karena saya membaca ini saya jadi lebih berfikir positif dan termotivasi

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah.. Berkat tulisan mas saya berani mengambil keputusan untuk operasi epilepsi di semarang.. Terimakasih ma.. Allah bless you..

    BalasHapus
    Balasan
    1. dah operasi epilepsi mas? kapan? gimana hasilnya?

      Hapus
  3. Mas aga boleh q mnt wa km...bntr lg q mu operasi ..bnyk hal yg pengen saya tanyakan...ini ig saya si_remmyjellek

    BalasHapus
  4. Saya butuh info siapa yg baru operasi epilepsy...krn bln dpn mungkin saya akan operasi ..ini ig saya si_remmyjellek...secepatnya hubungi saya

    BalasHapus
  5. Anak saya br selesai bedah epilepsi apakah memang menjadi agak lupa ingatan gak fokus dan bicaranya cadel seperti anak kecil apakah memang seperti ini prosesnya dan brp lama

    BalasHapus
  6. Trimakasih telah banyak menulis pengalaman penyakit anda saya juga mengalami jdi saya lebih berfikir positif dan termotifasi.semoga saya juga bisa sembuh sperti mas .

    BalasHapus