24 Juli 2012
Aku sedang bekerja di depan laptop.
Aku sedang mendesain ulang kuesioner untuk project yang akan jalan di akhir
pekan ini. Saat ini sudah pukul 16:00. Perut mulai lapar. Aku
ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini, agar bisa selesai sebelum pukul
18:00. Sehingga aku bisa segera pulang dan makan malam.
Ketika sedang
melihat laptop, tiba-tiba aku merasakan suatu hal yang sudah lama tidak aku
rasakan. Tiba-tiba aura pertanda serangan muncul.
“Ah ini perasaan
cuma numpang lewat aja, kan aku udah lama bebas serangan”
Aura rasa takut tersebut
bukannya menghilang, tetapi justru makin kuat. Aku coba menggunakan jurus-jurus
lama untuk mengatasi aura, seperti coba mengatur pernafasan, mencoba relax,
namun sepertinya jurus-jurus tersebut kurang ampuh.
Tiba-tiba aku
pun hilang kesadaran
Berdasarkan
cerita teman-teman, tiba-tiba aku terjatuh, kejang, dan badanku bergerak kesana
kemari. Teman-teman lalu berusaha memegang dan menekan tangan, bahu, dan kakiku
agar tidak bergerak. Atau paling tidak tangan dan kakiku tidak menyentuh benda-benda berbahaya. Namun aku tetap berontak. Semakin badanku ditahan, semakin kuat pemberontakan yang aku lakukan. Teman-teman terus berusaha
menahan badanku, sampai akhirnya aku terdiam meskipun belum sadar.
Melihat hal ini,
rekan dari bagian HRD langsung menelepon rumah sakit terdekat yaitu rumah sakit MMC Rasuna
Raid untuk mengirimkan ambulance. Setelah ambulance datang, aku pun segera
dibawa ke rumah sakit MMC. Rekan HRD langsung berusaha menghubungi papa di
Yogyakarta. Papa pun langsung menghubungi Putri untuk minta tolong menemaniku
ke rumah sakit.
Sekitar pukul
18:00 aku sadar. Aku membuka mata dan aku lihat di sampingku sudah ada Putri
dan ayah bunda (orang tua Putri).
“Istrahat dulu
mas, jangan banyak gerak”, saran Putri
“iya, di mana
kita? Apa yang terjadi?”, tanyaku
“Tadi mas
kejang-kejang hilang kesadaran. Terus aku ditelepon oleh papa. Katanya papa
ditelp oleh orang HRD kantor mas. Langsung deh aku ke sini dari kantorku di
Sudirman. Nih aku juga ajak ayah bunda”
“Aku kejang?
Aduhh….”, kataku sambil memegang bahu kananmu
“Iya mas,
hati-hati, kata dokter bahu mas sepertinya bergeser. Tidak tahu patah atau
bergeser, tapi kalau dilihat sepertinya kemungkinan besar bergeser”
Aku langsung
terpikirkan bahwa aku baru saja terkena serangan hebat, di mana aku hilang
kesadaran sampai jatuh. Kemudian aku berteriak-teriak. Masalah pergeseran di bahu kananku, pasti disebabkan karena teman-teman berusaha menahan gerakan berontak dariku saat
kejang. Pasti mereka memegang bahuku dengan kencang, dan aku tetap melawan dalam ketidaksadaran. Semakin kencang tubuhku ditahan, maka semakin kuat aku melawan
“Mungkin
sebaiknya dari awal aku jujur pada orang-orang di kantor ini bahwa aku memiliki
riwayat epilepsi. Tadinya aku pikir lebih baik tidak jujur toh aku tidak pernah kena
serangan lagi. Ternyata masih ada kemungkinan terkena serangan. Seperti hari
ini contohnya……….” Kataku dalam hati sambil melamun
“Aku juga udah
hubungi dokter Ira mas, kebetulan dia sedang di rumah orang tuanya di tebet,
jadi sekarang dia sedang otw ke sini”, kata putri memecah lamunanku
Beberapa saat kemudian dr Ira (ketua umum YEI) datang. Dia bertemu dengan dokter umum yang menanganiku di ruang UGD. Setelah
selesai berdiskusi, dr Ira pun mendatangiku
“Aska…gimana
kondisi mu? Masih pusing?”
“udah tidak
terlalu pusing dok, tetapi bahu kananku sakit”
“Iya bahu
kananmu bergeser. Harus segera ditindak lanjuti sebelum terlambat. Tadi saya
tanya dengan dokter jaga, hari ini tidak ada dokter tulang yang stand by karena
sedang keluar kota”
“Terus enaknya
gimana ya dok?”
“Kalau kamu mau,
kita sekarang pindah ke rumah sakit tempat saya praktek di daerah Cibubur. Di
situ ada dokter spesialis tulang yang saya kenal. Dan besok dia praktek di
rumah sakit. Gimana? Sekalian nanti kamu cek tes EEG lagi sama saya. Udah lama
tidak tes EEG kan?”
“iya dok,
terakhir tes EEG 5 tahun lalu sebelum operasi. Ok, deh aku ikut saja”
Setelah itu
putri dan dr Ira membantu urusan pindah rumah sakit, mulai dari pembayaran
sampai pemesanan ambulans untuk pindah ke rumah sakit di Cibubur.
Putri pun
langsung menghubungi papa mama untuk memberi tahu hal ini. Mama pun langsung
memesan tiket untuk pergi ke Jakarta keesokan hari. Sedangkan papa belum bisa
datang karena masih sibuk dengan pekerjaannya.
25-28 Juli 2012
Aku menjalai perawatan di rumah
sakit cibubur. Termasuk tindakan operasi untuk mengembalikan posisi
bahuku. Setelah operasi aku masih harus menggunakan penyangga bahu/tangan
selama hamper 2 minggu.
Selain itu aku juga menjalani tes
EEG dengan dokter Ira. Alat tes EEG akan merekam aktivitas gelombang otakku
dalam beberapa sesi, yaitu sesi buka mata, tutup mata, saat diberi stimulasi
berupa cahaya, saat nafas teratur, saa nafas tidak teratur, dan saat tidur. Hasil
tes menunjukkan bahwa amplitudo gelombang, yang merupakan pertanda potensi
serangan epilepsi, masih muncul dalam beberapa sesi. Artinya potensi serangan
kejang masih ada dalam tubuhku walaupun kemungkinan munculnya jauh lebih kecil
daripada tubuhku saat sebelum operasi.
Selama dirawat di rumah sakit, aku
ditemani mama. Putri bersama ayah bunda juga selalu datang menengok hampir
setiap hari. Melihat hal ini aku sangat bersyukur bahwa putri tetap mau
bersamaku dan melanjutkan rencana pernikahan kami, walaupun saat ini, untuk
pertama kalinya, dia melihatku terkena serangan kejang.
Sepulang dari rumah sakit, aku masih
harus menggunakan penyangga bahu/tangan, dan kalau semuanya baik-baik saja,
maka pengangga tersebut dapat dilepaskan seminggu kemudian. Dalam jangka waktu seminggu ini aku belum bisa
bekerja dan hanya bisa istirahat di rumah, sambil sesekali menjalani
fisioterapi. Seminggu kemudian penyangga bahunya di lepas.
Untuk masalah epilepsi, dr Ira masih
akan berdiskusi dengan dr zainal muttaqin untuk tidakan medis yang perlu
ditempuh, mengingat aku terkena serangan lagi di saat 5 tahun pasca operasi. Sebelum serangan kejang ini, aku sudah bebas kejang dan bebas konsumsi obat selama 4 tahun. Dr
Ira berjanji akan segera memberi tahu keputusannya.
Setelah kejadian ini, mama belum
mengizinkan ku untuk hidup sendiri seperti sebelumnya. Mama kemudian memanggil seorang pembantu rumah tangga laki-laki dari rumah Yogyakarta, untuk menemaniku
selama seminggu di Jakarta. Setelah seminggu kemudian kondisiku pulih,
penyangga bahu dilepas, dan aku tetap bebas serangan, pembantu tersebut
diperbolehkan kembali ke rumah di Yogyakarta. Aku pun mulai kerja kembali di
awal Agustus 2012.
25 Sepetember 2012
Aku terkena serangan kejang lagi di kantor.
Kejadiannya hampir sama seperti sebelumnya. Tiba-tiba aura muncul saat aku
sedang berada di depan laptop. Kali ini bentuk serangannya lebih ringan
daripada sebelumnya. Sehingga bagian tubuhku tidak perlu ditahan oleh
teman-teman. Namun aku tetap pingsan dalam jangka waktu yang lama.
Kali ini aku tidak dibawa ke rumah
sakit, namun cukup beristirahat di ruang kesehatan di gedung kantor. Rekan HRD
pun langsung menghubungi putri. 1 jam kemudian putri sudah datang bersama ayah
bunda untuk mengantarkanku pulang.
Aku pun beristirahat kembali selama
2 hari. Kali ini aku beristirahat di rumah putri dengan pertimbangan bahwa jika
aku tinggal di rumahnya, maka akan ada orang yang bisa membantu merawatku
selama menjalani proses istirahat. Aku sedih mendapatkan situasi ini. Mengapa
aku harus terkena serangan kembali? dan kali ini ketika aku serangan aku
tidak bisa langsung sadar seperti dahulu. Ketika aku bisa langsung sadar, maka
aku bisa memulai kembali aktivitasku.
28 September 2012
Aku masuk kantor lagi. Mama sudah
kembali ke Yogyakarta. Di pagi hari aku langsung dipanggil oleh Managing Director (MD). Ketika
mendapat panggilan ini aku sudah pasrah. Aku akan menerima apa pun
keputusan MD, termasuk keputusan phk.
“Bagaimana
kondisimu?”, sapa bapak MD
“Sudah membaik,
bisa beraktivitas dengan normal lagi”
“Saya lihat
kondisimu terus menurun. Saya khawatir kamu tidak bisa menjalankan pekerjaanmu
yang sekarang. Saya akan menawarkan perpindahan divisi kepada mu. Bagaimana kalau
kamu pindah ke divisi data analyst? Di divisi ini pekerjaanmu sehari hari hanya
duduk di kantor dan melakukan analisis data. Kamu tidak perlu lagi melakukan
pekerjaanmu yang sekarang seperti meeting dengan client, fieldwork briefing
dengan tim lapangan, dinas ke luar kota, mendesain rencana penelitian, dll?”
“………………………………..”
“Coba kamu pikir
terlebih dahulu, saya juga akan mendiskusikan hal ini dengan manajermu”
Aku pun keluar dari ruangan MD. Di
satu sisi aku bersyukur bahwa aku tidak jadi dipecat, dan aku masih diizinkan
bekerja di sini. Tetapi di sisi lain, aku tidak ingin berpindah. Bagiku
pekerjaan yang dia tawarkan adalah pekerjaan yang bagiku kurang dinamis. Di mana aku hanya
akan melakukan hal yang sama berulang-ulang, dan menatap sebuah data setiap saat. Aku tidak bisa berkembang lebih
jauh lagi.
Hal ini juga lah
yang aku sampaikan pada manajerku. Aku tekankan pada dia bahwa aku tidak ingin
pindah divisi. Aku tetap ingin berada di divisi ini. Manajerku pun memahaminya.
Sebagai bentuk solusi yang lain, dia menyarakan aku untuk mengurangi terlebih
dahulu jumlah project yang aku handle. Ketika nantinya sudah pulih kembali, aku
bisa menambah jumlah projectnya seperti teman-teman yang lain. Aku setuju
dengan saran dia.
30 September 2012
Pukul 6 pagi.
Suasana masih sepi, dan dingin. Aku
pun masih tertidur lelap sendiri di apartemen. Tiba-tiba bel berbunyi, dan ada seseorang yang
mengetuk pintu dengan kencang sambil berteriak memanggil namaku.
"Aska.....Aska......Mas....Mas......."
Mendengar hal
ini, aku pun terbangun dalam suasana panik. Aku pikir telah terjadi pencurian
ataupun kebakaran.
Aku pun membuka pintu masuk, dan aku
temukan wajah putri sedang menangis. Aku bingung, ada apa kah ini ? Apakah
putri mengalami suatu kejadian yang menyedihkan ?
”Ada apa sayang? ”, tanyaku
Dia mencoba menenangkan diri lalu
perlahan-lahan menjawab pertanyaanku, ”Aku pikir mas kenapa-kenapa. Habis sejak
semalam mas antar aku kerumah, mas tidak jawab chatt ku, telp pun tidak
diangkat. Aku kan khawatir, apalagi kemarin-kemarin mas habis kena serangan
lagi”
“Aku tidak apa-apa sayang. Maaf
kalau bikin kamu khawatir. Baterei hapeku habis sejak semalam. Jadi aku charge
sambil aku tinggal tidur. Sepertinya sekarang udah penuh. Maaf ya……yuk sini
duduk dulu, tenangkan diri dulu. Kita cari sarapan bareng yuk, sambil nanti aku
antar kamu pulang”
Saat itu aku merasa sedih melihat
dia sedih. Tetapi aku juga bersyukur bahwa dia sangat memperhatikan kondisiku
sebagai ODE. Aku adalah ODE yang beruntung.
13 Oktober 2012
Aku menjalani tes EEG yang kedua
dengan dr Ira. Setelah kejadian serangan yang kedua, kami sama-sama
yakin bahwa hal ini bukanlah kebetulan. Kondisi otak ku harus dicek kembali
lebih dalam.
Hasil tes EEG
kedua menunjukkan bahwa di dalam otakku masih ada potensi munculnya serangan. Hal ini bisa disebabkan karena
kondisi tubuhku yang menurun drastis saat ini. Sepertinya ini terbawa pengaruh
oleh kebiasaanku sering bekerja lembur dan makan terlambat.
”Saya punya dua solusi untuk kamu”,
kata dr Ira
”Apa itu dok? ”
”Pertama kamu
harus berhenti dari pekerjaanmu saat ini, lalu mencari pekerjaan lain di mana
jam kerja nya lebih teratur, jarang lembur. Kedua, kamu tetap bekerja di kantor
yang sekarang, tetapi kamu harus mulai mengkonsumsi obat lagi”
Dengan pertimbangan
kondisi saat itu di mana aku berencana untuk cuti menikah di 2 bulan mendatang,
aku lebih memilih stay di pekerjaanku saat ini, tetapi mulai lagi mengkonsumsi
obat. Jika aku harus mencari pekerjaan baru, aku belum tentu bisa
mendapatkannya dengan cepat, dan juga kalaupun dapat aku belum bisa cuti di
bulan desember mengingat aku masih dalam masa probation.
“Coba kamu
konsumsi carbamazepine lagi. Untuk
sementara dengan dosis ringan terlebih dahulu. Setengah tablet di pagi hari dan setengah tablet
di malam hari. Setelah 2 tahun akan coba kita evaluasi lagi”, saran dr Ira
Akhirnya sejak saat itu aku mulai
mengkonsumsi obat lagi. Hanya 1 jenis obat, masih lebih baik dibandingkan dahulu sebelum operasi, saat itu aku mengkonsumsi 3 jenis obat dengan dosis yang tinggi per hari.
17 Desember 2012
Hari ini adalah hari terakhirku
bekerja sebelum mengambil cuti menikah. Hari ini aku harus menyelesaikan segala
pekerjaanku sebelum aku tinggal cuti. Aku masuk lebih pagi daripada kebiasaanku
sebelumnya. Sampai siang hari, semuanya berjalan lancar.
Menjelang sore hari, tiba-tiba aura
itu datang lagi. Aku pun kembali terkena serangan dan harus dibawa ke ruang
kesehatan dalam gedung. Sore hari nya, aku tersadar kembali dan melihat putri
duduk di sampingku.
Dengan pertimbangan kondisiku yang
sudah pulih di sore hari, maka aku pun langsung diantarkan ke tempat tinggalku
oleh putri dan ayah bunda. Aku tidak sempat berpamitan dengan teman-teman, padahal ini hari terakhirku kerja sebelum cuti panjang untuk menjalani acara pernikahan.
Setibanya di apartemen, aku harus segera tidur dan beristirahat. Besok adikku Marinda akan datang dari Jerman. Lusa papa-mama akan datang dari
Yogyakarta. Setelah itu aku akan sibuk dalam menjalani rangkaian acara
pernikahanku.
Aku selalu berdoa semoga ini adalah
serangan terakhir yang aku alami. Aku tidak akan mengalami serangan kembali,
terlebih lagi di saat acara pernikahaan minggu depan.
Aku pun coba menghubungi dr Ira
kembali, menyampaikan laporan bahwa aku baru saja terkena serangan.
”Itu berarti dosis obatnya kurang.
Mulai saat ini tambahkan dosisnya menjadi 2 tablet per hari, 1 tablet di pagi
hari, dan 1 tablet di malam hari”, saran dr Ira.
Januari 2013 – Maret 2014
Aku pun memenuhi saran dari dr Ira,
dan hasilnya aku bisa dikatakan bebas serangan sampai saat ini. Kecuali 1 kali
di bulan Maret 2013 di mana aku sempat mengalami serangan saat tidur.
Sebelebihnya, aku bisa beraktivitas normal. Ini berarti aku memang tetap harus mengkonsumsi obat, agar aku bisa hidup normal terbebas dari serangan kejang.
Mulai Januari 2013, aku tinggal satu
atap bersama putri. Hal ini yang membuatku bisa makan teratur kembali, karena
saat ini ada seseorang yang mengingatkan dan marah jika aku melewatkan waktu
makan.
Selain itu workload ku pada bulan
Januari juga tidak terlalu banyak. Sesuai kesepakatan dengan manager, aku coba
handle sedikit project terlebih dahulu dan nantinya akan ditambahkan secara
perlahan-lahan.
Aku sudah bebas serangan setelah operasi. Aku harus menjaga kondisi ini dengan gaya hidup sehat. Gaya hidup yang seimbang antara pekerjaan, kesenangan, dan istirahat. Aku harus ingat bahwa aku akan selalu hidup sebagai ODE.