Jumat, 26 Februari 2016

#26 Kantor yang cocok bagiku sebagai ODE

Pada bulan Februari 2014 aku mendapatkan informasi lowongan kerja dari Firmenich. Ini adalah sebuah perusahaan internasional yang memproduksi flavor and fragrance. Jika aku bekerja di perusahaan ini, maka aku akan menjadi client dari marketing research agency. Kadence, perusahaan tempatku bekerja saat itu adalah salah satu marketing research agency. Pindah kerja ke Firmenich, artinya aku akan pindah bekerja di client side. Aku akan menjadi client dari marketing research agency. Bekerja di client side adalah hal yang ingin aku coba. Selain memiliki benefit jam kerja yang lebih teratur, aku juga dapat memahami bisnis secara holistik (tidak hanya sekedar melaksanakan penelitian saja).

Tawaran ini sangat menarik untuk dicoba. Harapannya aku tidak lagi disibukkan dengan pekerjaan persiapan ataupun eksekusi penelitian, tetapi aku menjadi client yang akan mendapatkan hasil penelitian dari perusahaan riset, untuk kemudian aku terjemahkan hasil penelitian tersebut ke dalam rencana bisnis. Selain itu, jika aku diterima bekerja di perusahaan ini aku akan memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga.

Tanpa pikir panjang, aku siapkan lagi surat lamaran kerja dan CV. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, aku memilih untuk tidak memasukkan informasi tentang epilepsi, baik penelitian epilepsi ataupun aktivitas YEI, di dalam CVku. Aku tidak mempromosikan diriku sebagai ODE, tetapi jika nantinya ditanya tentang riwayat sakit atau epilepsi, aku akan bercerita dengan jujur. Beberapa hari setelah aku mengirim CV dan surat lamaran kerja, aku mendapat panggilan interview.

Interview pertama dilakukan bersama Mbak Amanda. Seorang manajer riset di Firmenich cabang Indonesia. Proses interview berjalan lancar. Aku pun bisa menyelesaikan contoh kasus hasil riset yang dia berikan. Dalam interview pertama ini tidak ada form data pribadi yang harus diisi, tidak ada pula pertanyaan seputar kesehatan dan epilepsi. Jadi aku lebih banyak berbicara tentang pengalaman pekerjaanku dan tidak mengungkit-ungkit riwayat epilepsi.

Sesi interview kedua dilaksanakan 3 minggu setelah sesi pertama. Di sesi kedua ini aku diinterview oleh Pak Iwan. Beliau adalah seorang research director dari kantor regional Asia tenggara. Beliau berada di Singapore, dan kami melakukan interview melalui video chatt. Di sesi kedua ini, pertanyaan lebih banyak muncul tentang diriku secara personal. Mereka ingin mengenalku lebih dalam. Aku ceritakan tentang kepribadian, visi, misi dalam hidupku, di mana semua hal itu sebenarnya terbentuk dari segala kisah suka dan duka bersama epilepsi. Tetapi aku tetap tidak menceritakan tentang riwayat epilepsi.

Setelah selesai interview ke dua, aku pun langsung melanjutkan sesi interview dengan manager HRD. Dalam interview ini terdapat form yang harus aku isi tentang data pribadi. Di form ini juga tidak ada pertanyaan seputar epilepsi. Manager HRD juga menjelaskan bahwa kalau aku diterima, maka aku dan keluargaku pun akan langsung mendapatkan asuransi kantor, tanpa harus menunggu melewati masa probation terlebih dahulu. Di mata Asuransi kantor, semua karyawan atau keluarga karwayan itu sehat dan bersih dari penyakit. Pihak asuransi tidak mempertimbangkan riwayat sakit di masa lalu. Semua karyawan menadapat jaminan kesehatan. Artinya, segala perawatan medis yang berhubungan dengan epilepsi bisa ditanggung oleh asuransi kantor, walaupun aku sudah memiliki epilepsi sejak sebelum bergabung dengan perusahaan ini.

Melihat perkembangan karier dan benefitnya untuk keluargaku, aku langsung jatuh cinta dengan pekerjaan ini. Hal ini ternyata disambut baik oleh perusahaan. Keesokan harinya aku sudah mendapatkan penawaran pekerjaan dari manager HRD. Aku minta waktu seminggu untuk mengambil keputusan, sekaligus menyampaikan pengunduruan diriku dari Kadence.   

Proses pengunduran diri berjalan dengan lancar. Bahkan mereka sanggup memenuhi permintaanku untuk memajukan hari terakhirku, sehingga aku memiliki beberapa hari untuk libur dan beristirahat sebelum memasuki kantor baru.

Sampai hari terakhir di Kadence di bulan maret 2014, tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa aku adalah ODE. Saat itu aku merasa bahwa aku tidak perlu bercerita tentang epilepsi, karena aku tidak kena serangan kejang lagi sepanjang 2013-2014.  Tentang kejadian beberapa kali kejang tahun 2012, aku hanya mengatakan kepada beberapa rekan bahwa ini adalah kejang. Aku tidak pernah menggunakan kata epilepsi

Aku hanya ingin menjaga image agar orang-orang menilaiku dari prestasi kerja terlebih dahulu, bukan dari riwayat epilepsi. Image epilepsi sejak dahulu masih lekat dengan kasihan, cacat, bodoh, pelupa, tidak bisa bekerja, dll. Image negatif ini yang pelan-pelan harus aku ubah. Caranya adalah aku tunjukkan prestasi dan kemampuan kerjaku terlebih dahulu, baru setelah itu aku akan jujur bahwa aku adalah ODE. Harapannya, mereka bisa melihat bahwa ODE juga bisa berprestasi dan produktif dalam bekerja.


Rekan-rekan satu tim dalam divisi quantitative research di Kadence

***

Sehari setelah purple day 2014, aku mulai bekerja di Firmenich. Di perusahaan ini aku bergabung dalam divisi perfumery, yaitu sebuah divisi yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengembangkan wangi yang nantinya akan digunakan pada produk-produk parfum (fine fragrance), sabun, shampoo, detergen, softener, dll. Aku berperan dalam bidang Consumer Insight (CI) dengan tugas utama melakukan riset untuk memahami perilaku konsumen dalam hubungannya dengan produk-produk wewangian. Dalam perusahaan ini aku memiliki atasan seorang CI manager di Indonesia, dan juga  3 orang CI manager regional asia tenggara.

Proses adaptasi kerja berjalan dengan lancar. Aku mulai terbiasa dengan segala macam riset dalam perusahaan ini. Sampai suatu hari aku mendapatkan undangan dari panitia kongres epilepsi Asia Pasifik untuk mempresentasikan paperku dalam acara tersebut di bulan Agustus 2014 (Detail cerita ada di #25). Acara tersebut berlangsung selama 4 hari, di hari kamis sampai minggu. Hal ini berarti aku harus mengajukan cuti di hari kamis dan jumat. Aku harus menyampaikan permintaan cuti ini ke Mbak Amanda, dan itu pasti aku akan ditanya alasan cuti. Mungkin ini saatnya aku jujur tentang epilepsi.

Di saat itu aku tidak cemas lagi untuk bercerita bahwa aku adalah ODE, karena aku sudah menunjukkan prestasiku dalam pekerjaan. Rekan-rekan dari tim regional ataupun global puas dengan hasil kerjaku. Aku percaya bahwa kelebihan seseorang dapat menutupi kelemahan seseorang. Jika seseorang sudah dapat melihat kelebihan dan potensi dalam diriku, maka fakta bahwa aku adalah ODE, bukanlah hal yang dapat mengikis kepercayaan dia terhadap diriku. Lagi pula cepat atau lambat Mbak Amanda pasti juga akan tahu bahwa aku adalah ODE. Informasi tentang diriku sebagai ODE semakin banyak tersaji di dalam google scearch engine setelah aku mengikuti beberapa seminar media epilepsi. 

“Mbak, aku mau mengajukan cuti 2 hari ya di tanggal 7-8 agustus. Aku ada acara ke Singapore“, pintaku sambil membuka pembicaraan

“Boleh saja kalau dihari itu kamu tidak ada pekerjaan. Ada acara apa di Singapore?”

“Tidak ada mbak, di tanggal itu semua project risetku sedang dalam fase pengumpulan data di lapangan oleh interviewer. Jadi aku sedang free di tanggal itu. Ada acara kongres Epilepsi Asia Pasifik di Singapore tanggal 7-10 agustus. Beberapa waktu lalu aku kirim tulisan ilmiah ke panitia, dan Alhamdulillah tulisanku lolos seleksi, dan aku diminta untuk presentasi di seminar itu”

“Oh ya? Wah…hebat dong. Saya udah tidak sempat lagi penelitian akademis. Setiap hari hanya sibuk dengan pekerjaan penelitian pemasaran. Kamu melakukan sendiri riset ini? Kenapa berminat terhadap topik ini?”

Saatnya aku jujur tentang epilepsi

“Topik ini sudah aku minati sejak tesis S2. Kebetulan aku juga ODE. Tapi saat ini sudah bebas serangan. Dan aku juga aktif di YEI. Jadinya semua situasi itu mendukungku untuk terus melanjutkan riset dalam bidang epilepsi”

“Kamu ODE? Sama seperti adik saya, dia  juga ODE”

Aku pun terdiam sejenak......

Ternyata adik dia juga ODE. Mungkin ini sebabnya dia tidak terlalu terkejut mendengar kata "epilepsi"

“Adik mbak juga ODE?”

“Iya, dia udah belasan tahun sakit epilepsi. Dulu kami sering ke dokter syaraf di daerah Pondok Indah Jakarta Selatan. Cuma sekarang udah jarang. Kamu udah bebas serangan?”

“Iya Mbak, aku dulu menjalani operasi bedah syaraf otak. Setelah itu aku terbebas serangan”

"Benar-benar tidak serangan lagi?"

"Dulu aku sering kena serangan mbak. Seminggu bisa 4-6 kali. Setelah operasi tahun 2007 aku bebas serangan. Tapi ternyata tahun 2012 kemarin aku kena serangan lagi. Kayaknya aku memang belum bisa lepas dari obat. Jadi sampai sekarang tahun 2014, aku udah nggak kena serangan lagi, tapi balik lagi konsumsi obat dengan dosis yang kecil"

"Selama ini kerja gak masalah?"

"Nggak mbak, buktinya ini aku udah beberapa bulan kerja di sini fine-fine aja"

“Wah boleh tuh, ntar tolong dishare ya informasi terbaru tentang epilepsi dan pengobatannya. Nanti saya share ke adik saya“

“Ok mbak, ntar aku share, sekarang aku submit permintaan cuti ke dalam system ya“

"yes. Sekalian tolong share paper mu ya ke saya, akan saya share ke director kita di sini (Indonesia) dan juga ke Pak Iwan di tim regional (Singapore). Siapa tahu nanti Pak Iwan bisa datang ke acara seminar atau bertemu kamu di sela-sela acara seminar. Kamu belum pernah bertemu dia kan secara langsung? Baru tatap muka via video chatt saja "

"Iya mbak, ntar aku kirim"

Aku bersyukur mendapatkan fakta ini, bahwa atasanku pun tidak jauh dari epilepsi, dan dia bisa menerima fakta ini dengan tangan terbuka. Saat itu juga aku bagikan ke pada dia segala info tentang diriku dan epilepsi, mulai dari materi presentasi seminar, website YEI, sampai potongan kisah hidupku yang dimuat dalam majalah dan web.

Aku juga mendapat notifikasi di email bahwa Mbak Amanda membagi semua informasi itu kepada para atasan. Aku beruntung bisa bekerja di sini. Ini adalah lingkungan kerja yang bersahabat bagi ODE sepertiku.

***
Di sela-sela acara kongres epilepsi 2014 di Singapore, aku bertemu dengan Desi dan Ida. Desi adalah temanku sejak di Ipsos. Kami sempat bekerja satu kantor di Ipsos dan Kadence. Sekarang kita bekerja sekantor lagi di Firmenich. Hanya saja aku bekerja di Firmenich Indonesia dan dia bekerja di Firmenich Singapore. 

Ida adalah salah satu Consumer Insight Manager South East Asia yang bekerja di Firmenich Singapore. Ia berasal dari Filipina. Satu hal yang teringat dari Ida adalah saat pertemuan pertama. Dia mendapat informasi dariku bahwa aku akan datang ke Singapore di bulan Agustus tahun 2014 untuk menghadiri kongres epilepsi. 

Bersama tim Consumer Insight South East Asia 

Tiba-tiba dia bertanya,"Emmm...Aska, just curious, what's the reason behind this, why do you run the research about epilepsy?"

"Simple reason Ida. Because I love research and I'm Person With Epilepsy (PWE)"

"Oh...wow, so you are PWE?"

"Yes Ida"

"That's good to know. Because I also have brother in Philippine, and you know what......he is also PWE. So I'm glad to know that there is PWE who can live and works as normal people like you"

"Wow, it is surprising fact. Hope your brother will have high quality of life with epilepsy"

Satu lagi fakta bahwa Epilepsi tidak pernah jauh dariku. Kini aku bekerja dalam lingkungan yang bersahabat dengan epilepsi. 

***

Bulan Januari 2015, aku mendapat telepon dari seseorang yang bekerja di perushaan sebelah, tetapi masih satu gedung dengan Firmenich.

“Halo ini Mas Aska?”, ku dengar suara seorang perempuan.

“Iya, maaf ini siapa ya?”

“Saya dari kantor sebelah, Kita bekerja di gedung yang sama, tetapi berbeda perusahaan. Saya mau tanya tentang pengalaman Mas Aska hidup dengan epilepsi“

“Tahu dari mana saya adalah ODE ? “

“Saya tahu dari website yang saya baca. Di bagian akhir artikel ini tertulis bahwa Mas Aska sekarang bekerja di Firmenich. Wah kebetulan kita kerja di gedung yang sama, hanya beda perusahaan.”

“Oh begitu, ada yang bisa saya bantu?”

“Bisa ketemuan tidak mas? Kebetulan saya juga ODE minggu lalu saya baru saja terkena serangan di kantor. Saya sudah bingung mau menjalani pengobatan apa lagi, sudah bertahun-tahun mengkonsumsi obat tetapi masih terkena serangan. Saya tertarik dengan operasi bedah syaraf yang Mas Aska lakukan”

“Oh iya, boleh. Kita ketemu nanti waktu lunch time ya di kantin atas”

“Oke, sampai ketemu nanti”

Saat itu aku jalani aktivitas lunch seperti biasa, yaitu bersama rekan-rekan sambil bercerita segala hal. Hampir satu jam kemudian, tiba-tiba ada seorang perempuan mendatangiku

"Permisi, Mas Aska ya..."

"Iya"

"Mas, saya yang tadi telp. Bisa ngobrol bentar gak sambil duduk di sana", dia menunjuk ke sebuah meja kursi yang berada di pojok

"Ok, yuk". Kami pun berpindah tempat

Dia membuka pembicaraan, "Gini mas, sebenernya aku udah dari dulu coba menghubungi Mas Aska, tetapi tidak ada respon. Cerita pengalaman Mas Aska kan sudah ada sejak lama di website YEI. Nah, kebetulan hari ini aku baca artikel di viva news hasil seminar kemarin. Di situ ada foto Mas Aska, dan keterangan bahwa Mas Aska bekerja di Firmenich. Makanya tadi langsung saya telp"

"oh gitu"

"Iya. Jadi gini mas. Aku tuh udah beberapa kali terkena serangan di kantor ini. Teman-teman juga bingung melihat ku kehilangan kesadaran. Jadi aku cuma cerita ke beberapa teman dekat saja bahwa aku adalah ODE. Aku ceritakan juga tentang apa yang terjadi saat aku kena serangan kejang, dan apa yang harus dilakukan untuk menolongku. Untuk teman-teman masih bersedia menolong. Aku udah capek nih sakit epilepsi bertahun-tahun. Gimana cara nya biar bebas serangan ya?"

Aku ceritakan segala pengalamanku kepada dia. Mulai dari gejala serangan, jenis obat yang dikonsumsi, tindakan bedah syaraf otak, sampai hal-hal yang harus diingat untuk menjaga kondisi.

"Syukurlah Mas Aska sekarang bisa sembuh. Mas....bisa bantu kasih informasi tentang operasi nggak? Dalam bentuk artikel atau data-data yang mendukung. Nanti bisa aku kasih ke papa mama bahwa ada option operasi bedah syaraf. Papa mama bukan orang yang mudah percaya, harus ada data yang mendukung"

"Ok ntar aku share data-data yang aku punya ya. Data-data itu semua sudah ada dalam tesisku"

"Makasih mas"

"Iya, semoga kamu juga tetap sehat ya. Jaga kondisi semoga frekuensi serangan bisa berkurang"

"Iya mas, aku beruntung kerja di sini. Aku udah beberapa kali kena serangan saat kerja tetapi perusahaan masih mau memperkerjakan aku".

***

Aku bersyukur bahwa pekerjaan di Firmenich, baik dari job desk maupun lingkungan kerjanya benar-benar memahamiku sebagai ODE. Aku tetap produktif bekerja tanpa harus sering lembur. Aku punya cukup waktu untuk bekerja, beristirahat, dan bermain bersama keluarga





Aku juga tidak pernah menyesali keputusanku untuk bekerja di Ipsos ataupun Kadence, di mana serangan epilepsiku muncul lagi. Pekerjaan pada perusahaan itu memang lebih sibuk dan berat. Tetapi setelah aku bisa melewatinya, aku bisa mendapatkan pengalaman kerja yang berharga dan bermanfaat bagi karir ku sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar