Jumat, 19 Februari 2016

#23 Serangan kejang muncul kembali beruntun. Ada apa ini?

24 Juli 2012
Aku sedang bekerja di depan laptop. Aku sedang mendesain ulang kuesioner untuk project yang akan jalan di akhir pekan ini. Saat ini sudah pukul 16:00. Perut mulai lapar. Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini, agar bisa selesai sebelum pukul 18:00. Sehingga aku bisa segera pulang dan makan malam.

Ketika sedang melihat laptop, tiba-tiba aku merasakan suatu hal yang sudah lama tidak aku rasakan. Tiba-tiba aura pertanda serangan muncul.

“Ah ini perasaan cuma numpang lewat aja, kan aku udah lama bebas serangan”

Aura rasa takut tersebut bukannya menghilang, tetapi justru makin kuat. Aku coba menggunakan jurus-jurus lama untuk mengatasi aura, seperti coba mengatur pernafasan, mencoba relax, namun sepertinya jurus-jurus tersebut kurang ampuh.

Tiba-tiba aku pun hilang kesadaran

Berdasarkan cerita teman-teman, tiba-tiba aku terjatuh, kejang, dan badanku bergerak kesana kemari. Teman-teman lalu berusaha memegang dan menekan tangan, bahu, dan kakiku agar tidak bergerak. Atau paling tidak tangan dan kakiku tidak menyentuh benda-benda berbahaya. Namun aku tetap berontak. Semakin badanku ditahan, semakin kuat pemberontakan yang aku lakukan. Teman-teman terus berusaha menahan badanku, sampai akhirnya aku terdiam meskipun belum sadar.

Melihat hal ini, rekan dari bagian HRD langsung menelepon rumah sakit terdekat yaitu rumah sakit MMC Rasuna Raid untuk mengirimkan ambulance. Setelah ambulance datang, aku pun segera dibawa ke rumah sakit MMC. Rekan HRD langsung berusaha menghubungi papa di Yogyakarta. Papa pun langsung menghubungi Putri untuk minta tolong menemaniku ke rumah sakit.

Sekitar pukul 18:00 aku sadar. Aku membuka mata dan aku lihat di sampingku sudah ada Putri dan ayah bunda (orang tua Putri).

“Istrahat dulu mas, jangan banyak gerak”, saran Putri

“iya, di mana kita? Apa yang terjadi?”, tanyaku

“Tadi mas kejang-kejang hilang kesadaran. Terus aku ditelepon oleh papa. Katanya papa ditelp oleh orang HRD kantor mas. Langsung deh aku ke sini dari kantorku di Sudirman. Nih aku juga ajak ayah bunda”

“Aku kejang? Aduhh….”, kataku sambil memegang bahu kananmu

“Iya mas, hati-hati, kata dokter bahu mas sepertinya bergeser. Tidak tahu patah atau bergeser, tapi kalau dilihat sepertinya kemungkinan besar bergeser”

Aku langsung terpikirkan bahwa aku baru saja terkena serangan hebat, di mana aku hilang kesadaran sampai jatuh. Kemudian aku berteriak-teriak. Masalah pergeseran di bahu kananku, pasti disebabkan karena teman-teman berusaha menahan gerakan berontak dariku saat kejang. Pasti mereka memegang bahuku dengan kencang, dan aku tetap melawan dalam ketidaksadaran. Semakin kencang tubuhku ditahan, maka semakin kuat aku melawan



“Mungkin sebaiknya dari awal aku jujur pada orang-orang di kantor ini bahwa aku memiliki riwayat epilepsi. Tadinya aku pikir lebih baik tidak jujur toh aku tidak pernah kena serangan lagi. Ternyata masih ada kemungkinan terkena serangan. Seperti hari ini contohnya……….” Kataku dalam hati sambil melamun

“Aku juga udah hubungi dokter Ira mas, kebetulan dia sedang di rumah orang tuanya di tebet, jadi sekarang dia sedang otw ke sini”, kata putri memecah lamunanku

Beberapa saat kemudian dr Ira (ketua umum YEI) datang. Dia bertemu dengan dokter umum yang menanganiku di ruang UGD. Setelah selesai berdiskusi, dr Ira pun mendatangiku

“Aska…gimana kondisi mu? Masih pusing?”

“udah tidak terlalu pusing dok, tetapi bahu kananku sakit”

“Iya bahu kananmu bergeser. Harus segera ditindak lanjuti sebelum terlambat. Tadi saya tanya dengan dokter jaga, hari ini tidak ada dokter tulang yang stand by karena sedang keluar kota”

“Terus enaknya gimana ya dok?”

“Kalau kamu mau, kita sekarang pindah ke rumah sakit tempat saya praktek di daerah Cibubur. Di situ ada dokter spesialis tulang yang saya kenal. Dan besok dia praktek di rumah sakit. Gimana? Sekalian nanti kamu cek tes EEG lagi sama saya. Udah lama tidak tes EEG kan?”

“iya dok, terakhir tes EEG 5 tahun lalu sebelum operasi. Ok, deh aku ikut saja”

Setelah itu putri dan dr Ira membantu urusan pindah rumah sakit, mulai dari pembayaran sampai pemesanan ambulans untuk pindah ke rumah sakit di Cibubur.

Putri pun langsung menghubungi papa mama untuk memberi tahu hal ini. Mama pun langsung memesan tiket untuk pergi ke Jakarta keesokan hari. Sedangkan papa belum bisa datang karena masih sibuk dengan pekerjaannya.


25-28 Juli 2012
Aku menjalai perawatan di rumah sakit cibubur. Termasuk tindakan operasi untuk mengembalikan posisi bahuku. Setelah operasi aku masih harus menggunakan penyangga bahu/tangan selama hamper 2 minggu.

Selain itu aku juga menjalani tes EEG dengan dokter Ira. Alat tes EEG akan merekam aktivitas gelombang otakku dalam beberapa sesi, yaitu sesi buka mata, tutup mata, saat diberi stimulasi berupa cahaya, saat nafas teratur, saa nafas tidak teratur, dan saat tidur. Hasil tes menunjukkan bahwa amplitudo gelombang, yang merupakan pertanda potensi serangan epilepsi, masih muncul dalam beberapa sesi. Artinya potensi serangan kejang masih ada dalam tubuhku walaupun kemungkinan munculnya jauh lebih kecil daripada tubuhku saat sebelum operasi.

Selama dirawat di rumah sakit, aku ditemani mama. Putri bersama ayah bunda juga selalu datang menengok hampir setiap hari. Melihat hal ini aku sangat bersyukur bahwa putri tetap mau bersamaku dan melanjutkan rencana pernikahan kami, walaupun saat ini, untuk pertama kalinya, dia melihatku terkena serangan kejang.

Sepulang dari rumah sakit, aku masih harus menggunakan penyangga bahu/tangan, dan kalau semuanya baik-baik saja, maka pengangga tersebut dapat dilepaskan seminggu kemudian. Dalam  jangka waktu seminggu ini aku belum bisa bekerja dan hanya bisa istirahat di rumah, sambil sesekali menjalani fisioterapi. Seminggu kemudian penyangga bahunya di lepas.

Untuk masalah epilepsi, dr Ira masih akan berdiskusi dengan dr zainal muttaqin untuk tidakan medis yang perlu ditempuh, mengingat aku terkena serangan lagi di saat 5 tahun pasca operasi. Sebelum serangan kejang ini, aku sudah bebas kejang dan bebas konsumsi obat selama 4 tahun. Dr Ira berjanji akan segera memberi tahu keputusannya.

Setelah kejadian ini, mama belum mengizinkan ku untuk hidup sendiri seperti sebelumnya. Mama kemudian memanggil seorang pembantu rumah tangga laki-laki dari rumah Yogyakarta, untuk menemaniku selama seminggu di Jakarta. Setelah seminggu kemudian kondisiku pulih, penyangga bahu dilepas, dan aku tetap bebas serangan, pembantu tersebut diperbolehkan kembali ke rumah di Yogyakarta. Aku pun mulai kerja kembali di awal Agustus 2012.

25 Sepetember 2012
Aku terkena serangan kejang lagi di kantor. Kejadiannya hampir sama seperti sebelumnya. Tiba-tiba aura muncul saat aku sedang berada di depan laptop. Kali ini bentuk serangannya lebih ringan daripada sebelumnya. Sehingga bagian tubuhku tidak perlu ditahan oleh teman-teman. Namun aku tetap pingsan dalam jangka waktu yang lama.

Kali ini aku tidak dibawa ke rumah sakit, namun cukup beristirahat di ruang kesehatan di gedung kantor. Rekan HRD pun langsung menghubungi putri. 1 jam kemudian putri sudah datang bersama ayah bunda untuk mengantarkanku pulang.

Aku pun beristirahat kembali selama 2 hari. Kali ini aku beristirahat di rumah putri dengan pertimbangan bahwa jika aku tinggal di rumahnya, maka akan ada orang yang bisa membantu merawatku selama menjalani proses istirahat. Aku sedih mendapatkan situasi ini. Mengapa aku harus terkena serangan kembali? dan kali ini ketika aku serangan aku tidak bisa langsung sadar seperti dahulu. Ketika aku bisa langsung sadar, maka aku bisa memulai kembali aktivitasku.

28 September 2012
Aku masuk kantor lagi. Mama sudah kembali ke Yogyakarta. Di pagi hari aku langsung dipanggil oleh Managing Director (MD). Ketika mendapat panggilan ini aku sudah pasrah. Aku akan menerima apa pun keputusan MD, termasuk keputusan phk.

“Bagaimana kondisimu?”, sapa bapak MD

“Sudah membaik, bisa beraktivitas dengan normal lagi”

“Saya lihat kondisimu terus menurun. Saya khawatir kamu tidak bisa menjalankan pekerjaanmu yang sekarang. Saya akan menawarkan perpindahan divisi kepada mu. Bagaimana kalau kamu pindah ke divisi data analyst? Di divisi ini pekerjaanmu sehari hari hanya duduk di kantor dan melakukan analisis data. Kamu tidak perlu lagi melakukan pekerjaanmu yang sekarang seperti meeting dengan client, fieldwork briefing dengan tim lapangan, dinas ke luar kota, mendesain rencana penelitian, dll?”

“………………………………..”

“Coba kamu pikir terlebih dahulu, saya juga akan mendiskusikan hal ini dengan manajermu”

Aku pun keluar dari ruangan MD. Di satu sisi aku bersyukur bahwa aku tidak jadi dipecat, dan aku masih diizinkan bekerja di sini. Tetapi di sisi lain, aku tidak ingin berpindah. Bagiku pekerjaan yang dia tawarkan adalah pekerjaan yang bagiku kurang dinamis. Di mana aku hanya akan melakukan hal yang sama berulang-ulang, dan menatap sebuah data setiap saat. Aku tidak bisa berkembang lebih jauh lagi.

Hal ini juga lah yang aku sampaikan pada manajerku. Aku tekankan pada dia bahwa aku tidak ingin pindah divisi. Aku tetap ingin berada di divisi ini. Manajerku pun memahaminya. Sebagai bentuk solusi yang lain, dia menyarakan aku untuk mengurangi terlebih dahulu jumlah project yang aku handle. Ketika nantinya sudah pulih kembali, aku bisa menambah jumlah projectnya seperti teman-teman yang lain. Aku setuju dengan saran dia.

30 September 2012
Pukul 6 pagi. Suasana masih sepi, dan dingin. Aku pun masih tertidur lelap sendiri di apartemen. Tiba-tiba bel berbunyi, dan ada seseorang yang mengetuk pintu dengan kencang sambil berteriak memanggil namaku. 

"Aska.....Aska......Mas....Mas......."

Mendengar hal ini, aku pun terbangun dalam suasana panik. Aku pikir telah terjadi pencurian ataupun kebakaran.

Aku pun membuka pintu masuk, dan aku temukan wajah putri sedang menangis. Aku bingung, ada apa kah ini ? Apakah putri mengalami suatu kejadian yang menyedihkan ?

”Ada apa sayang? ”, tanyaku

Dia mencoba menenangkan diri lalu perlahan-lahan menjawab pertanyaanku, ”Aku pikir mas kenapa-kenapa. Habis sejak semalam mas antar aku kerumah, mas tidak jawab chatt ku, telp pun tidak diangkat. Aku kan khawatir, apalagi kemarin-kemarin mas habis kena serangan lagi”

“Aku tidak apa-apa sayang. Maaf kalau bikin kamu khawatir. Baterei hapeku habis sejak semalam. Jadi aku charge sambil aku tinggal tidur. Sepertinya sekarang udah penuh. Maaf ya……yuk sini duduk dulu, tenangkan diri dulu. Kita cari sarapan bareng yuk, sambil nanti aku antar kamu pulang”

Saat itu aku merasa sedih melihat dia sedih. Tetapi aku juga bersyukur bahwa dia sangat memperhatikan kondisiku sebagai ODE. Aku adalah ODE yang beruntung.

13 Oktober 2012
Aku menjalani tes EEG yang kedua dengan dr Ira. Setelah kejadian serangan yang kedua, kami sama-sama yakin bahwa hal ini bukanlah kebetulan. Kondisi otak ku harus dicek kembali lebih dalam.

Hasil tes EEG kedua menunjukkan bahwa di dalam otakku masih ada potensi munculnya serangan. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi tubuhku yang menurun drastis saat ini. Sepertinya ini terbawa pengaruh oleh kebiasaanku sering bekerja lembur dan makan terlambat.

”Saya punya dua solusi untuk kamu”, kata dr Ira

”Apa itu dok? 

”Pertama kamu harus berhenti dari pekerjaanmu saat ini, lalu mencari pekerjaan lain di mana jam kerja nya lebih teratur, jarang lembur. Kedua, kamu tetap bekerja di kantor yang sekarang, tetapi kamu harus mulai mengkonsumsi obat lagi”

Dengan pertimbangan kondisi saat itu di mana aku berencana untuk cuti menikah di 2 bulan mendatang, aku lebih memilih stay di pekerjaanku saat ini, tetapi mulai lagi mengkonsumsi obat. Jika aku harus mencari pekerjaan baru, aku belum tentu bisa mendapatkannya dengan cepat, dan juga kalaupun dapat aku belum bisa cuti di bulan desember mengingat aku masih dalam masa probation.

“Coba kamu konsumsi carbamazepine lagi. Untuk sementara dengan dosis ringan terlebih dahulu. Setengah tablet di pagi hari dan setengah tablet di malam hari. Setelah 2 tahun akan coba kita evaluasi lagi”, saran dr Ira

Akhirnya sejak saat itu aku mulai mengkonsumsi obat lagi. Hanya 1 jenis obat, masih lebih baik dibandingkan dahulu sebelum operasi, saat itu aku mengkonsumsi 3 jenis obat dengan dosis yang tinggi per hari.

17 Desember 2012
Hari ini adalah hari terakhirku bekerja sebelum mengambil cuti menikah. Hari ini aku harus menyelesaikan segala pekerjaanku sebelum aku tinggal cuti. Aku masuk lebih pagi daripada kebiasaanku sebelumnya. Sampai siang hari, semuanya berjalan lancar.

Menjelang sore hari, tiba-tiba aura itu datang lagi. Aku pun kembali terkena serangan dan harus dibawa ke ruang kesehatan dalam gedung. Sore hari nya, aku tersadar kembali dan melihat putri duduk di sampingku.

Dengan pertimbangan kondisiku yang sudah pulih di sore hari, maka aku pun langsung diantarkan ke tempat tinggalku oleh putri dan ayah bunda. Aku tidak sempat berpamitan dengan teman-teman, padahal ini hari terakhirku kerja sebelum cuti panjang untuk menjalani acara pernikahan.

Setibanya di apartemen, aku harus segera tidur dan beristirahat. Besok adikku Marinda akan datang dari Jerman. Lusa papa-mama akan datang dari Yogyakarta. Setelah itu aku akan sibuk dalam menjalani rangkaian acara pernikahanku.

Aku selalu berdoa semoga ini adalah serangan terakhir yang aku alami. Aku tidak akan mengalami serangan kembali, terlebih lagi di saat acara pernikahaan minggu depan.

Aku pun coba menghubungi dr Ira kembali, menyampaikan laporan bahwa aku baru saja terkena serangan.

”Itu berarti dosis obatnya kurang. Mulai saat ini tambahkan dosisnya menjadi 2 tablet per hari, 1 tablet di pagi hari, dan 1 tablet di malam hari”, saran dr Ira.

Januari 2013 – Maret 2014
Aku pun memenuhi saran dari dr Ira, dan hasilnya aku bisa dikatakan bebas serangan sampai saat ini. Kecuali 1 kali di bulan Maret 2013 di mana aku sempat mengalami serangan saat tidur. Sebelebihnya, aku bisa beraktivitas normal. Ini berarti aku memang tetap harus mengkonsumsi obat, agar aku bisa hidup normal terbebas dari serangan kejang.

Mulai Januari 2013, aku tinggal satu atap bersama putri. Hal ini yang membuatku bisa makan teratur kembali, karena saat ini ada seseorang yang mengingatkan dan marah jika aku melewatkan waktu makan.

Selain itu workload ku pada bulan Januari juga tidak terlalu banyak. Sesuai kesepakatan dengan manager, aku coba handle sedikit project terlebih dahulu dan nantinya akan ditambahkan secara perlahan-lahan.

Aku sudah bebas serangan setelah operasi. Aku harus menjaga kondisi ini dengan gaya hidup sehat. Gaya hidup yang seimbang antara pekerjaan, kesenangan, dan istirahat. Aku harus ingat bahwa aku akan selalu hidup sebagai ODE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar