Sejak pertama kali mengenal putri, ada semangat yang tumbuh dalam diriku. Pertama tentang semangat untuk meluluhkan hatinya, kedua tentang semangat untuk mencari pekerjaan baru dengan berbagai macam tantangan, yang akan membuat skill ku semakin berkembang, dan pada akhirnya aku pantas menjadi suaminya yang bisa diandalkan.
Akhir oktober 2010, sepulang dari Melbourne, aku menjalani interview pertama dengan seorang research director dari Ipsos, sebuah perusahaan konsultan marketing research dari Perancis. Aku mempersiapkan diri dengan mendalami semua materi metodologi penelitian sampai psikologi eksperimen, yang kebetulan juga menjadi mata kuliah ku bersama para mahasiswaku saat itu. Pukul 4 sore aku tiba di kantor perusahaan ini. Kantornya terletak di daerah Menteng Jakarta Pusat.
Akhir oktober 2010, sepulang dari Melbourne, aku menjalani interview pertama dengan seorang research director dari Ipsos, sebuah perusahaan konsultan marketing research dari Perancis. Aku mempersiapkan diri dengan mendalami semua materi metodologi penelitian sampai psikologi eksperimen, yang kebetulan juga menjadi mata kuliah ku bersama para mahasiswaku saat itu. Pukul 4 sore aku tiba di kantor perusahaan ini. Kantornya terletak di daerah Menteng Jakarta Pusat.
Sebelum sesi
interview dimulai, aku diminta untuk mengerjakan sebuah tes selama 1 jam. Dalam tes ini, aku
diminta untuk menginterpretasi data dari sebuah laporan penelitian. Pemahaman dan
minatku terhadap penelitian mulai dari metodologi sampai analisis data,
benar-benar membantuku dalam melakukan interpretasi data. Aku pun segera
menulis beberapa poin penting yang aku dapatkan dari laporan penelitian
tersebut.
Setelah 1 jam, si bapak research director datang masuk ke dalam ruang interview. Kami pun saling
memperkenalkan diri, dan dia mulai bertanya tentang pendapatku terhadap laporan
penelitian tersebut. Rasa gugup, khawatir, cemas aku alami dalam sesi interview
tersebut. Tetapi selalu bisa aku atasi dengan sebuah value yang selalu aku
pegang:
Masalah terberat dalam hidupku, yaitu epilepsi dan operasi, yang bisa berdampak besar dalam hidupku, bisa aku lalui dengan sukses. Terlebih lagi masalah interview pekerjaan ini, yang dampaknya tidak sebesar epilesi dan operasi, pasti juga bisa aku lalui dengan sukses.
Masalah terberat dalam hidupku, yaitu epilepsi dan operasi, yang bisa berdampak besar dalam hidupku, bisa aku lalui dengan sukses. Terlebih lagi masalah interview pekerjaan ini, yang dampaknya tidak sebesar epilesi dan operasi, pasti juga bisa aku lalui dengan sukses.
Research
director tersebut banyak menayakan pertanyaan teknis tentang metode penelitian.
Aku bisa menjawabnya dengan lancar, aku sampaikan pula bahwa saat itu aku juga
sedang mengajar psikologi eksperimen, sehingga bisa membantuku dalam menjawab
pertanyaannya. Hanya ada 1 pertanyaan yang tidak bisa aku jawab, tetapi beliau
memakluminya mengingat pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh seseorang
yang sudah senior dalam bidang riset. Dari sini aku semakin yakin bahwa aku memang harus bekerja di perusahaan ini untuk memperdalam pemahaman dan menambah pengalamanku di bidang riset.
Aku pun banyak
bertanya kepada beliau. Aku tanyakan tentang bagaimana suasana lingkungan
kerja, jam kerja, gaji, lembur, dan juga berbagai metode penelitian yang akan
diterapkan. Dari jawaban beliau aku menemukan fakta bahwa ada 1 metode analisis
kuantitatif yaitu SEM (Structural Equation
Modeling) juga sering digunakan sehari-hari dalam memahami perilaku
konsumen. Aku pun teringat di dunia akademis, analisis ini biasanya dipakai
oleh para kandidat doktor psikologi S3 untuk menyelesaikan disertasinya. Ini
membuatku semakin tertarik untuk berpindah pekerjaan ke bidang ini. Harapannya
kemampuanku pun tidak kalah dengan lulusan S3 psikologi walaupun aku tidak
menempuh program studi S3.
Aku lega, sampai saat itu tidak ada pertanyaan tentang riwayat kesehatanku. Jadi aku tidak perlu bercerita tentang epilepsi.
Tapi semuanya berubah di saat akhir interview, research director bertanya padaku:
"Kamu sekarang ini dosen kan ya? Pastinya sering mempresentasikan hasil penelitian dong? Seberapa sering presentasi dalam sebuah seminar ilmiah", tanya dia
"Baru sekali ini Pak, minggu lalu saya presentasi hasil tesis saya di sebuah seminar di Melbourne"
"Wah, itu bisa jadi nilai plus kamu. Seminarnya tentang apa?"
"Tentang psikologi klinis dan kesehatan pak", jawabku tidak sepenuhnya jujur. Aku tidak berani untuk mengatakan tema yang sesungguhnya yaitu "epilepsi". Aku khawatir jika aku mengatakan "epilepsi" maka akan muncul pertanyaan-pertanyaan berikutnya
Kenapa presentasinya di seminar ini?
Kenapa memilih topik 'epilepsi'?
Siapa yang 'epilepsi'?
Aku juga khawatir bahwa jika dia tahu aku adalah ODE maka bisa jadi aku tidak akan lolos seleksi.
Terjadilah perdebatan dalam batinku:
Aku ingin sekali meningkatkan nilai jualku dengan cara menceritakan tentang prestasiku dalam presentasi report di kongres epilepsi Asia Pasifik minggu lalu. Tapi, jika aku menceritakannya, maka ada kemungkinan aku juga harus bercerita tentang riwayat epilepsi. Aku khawatir nantinya mereka tidak mau memperkerjakan ODE.
***
Setelah selesai
sesi interview pertama, aku diberi tahu bahwa jika aku memenui syarat, maka
akan ada sesi interview kedua dengan managing director (MD) perusaahaan ini.
Ternyata tidak perlu menunggu lama, 3 hari setelah selesai interview, aku
mendapatkan undangan dari sekretaris MD untuk menjalani sesi interview
berikutnya di awal November 2010.
"Semangat ya mas...", pesan putri melalui sms sebelum aku menjalai sesi interview kedua
"Semangat ya mas...", pesan putri melalui sms sebelum aku menjalai sesi interview kedua
Di sesi ini, aku lebih banyak mendapat pertanyaan seputar sisi personalku.
“Bisa tolong
jelaskan, siapakah Aska? Seperti apa orangnya? Kebiasaanya, hobinya?”, Tanya bapak
MD
“Aska adalah
seseorang yang memiliki hobi bermain piano. Aska terbiasa menyelesaikan segala
tugas secara ontime, atau kalau bisa lebih cepat lebih baik. Tidak panik dalam
menghadapi masalah, karena tidak takut gagal. Kegagalan adalah seuatu proses
pembelajaran terbaik. Yang terpenting adalah pantang menyerah. Aska juga bisa bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan orang lain”, kataku sambil terpikirkan bahwa semua hal positif ini
aku dapatkan dari pengalamanku hidup bersama epilepsi.
Aku tidak takut gagal, termasuk kegagalan operasi bedah syaraf otak. Aku berani mencoba hal-hal baru. Aku selalu belajar dari kegagalan, dan tidak akan mengulanginya lagi.
Aku harus menyelesaikan tugas sebelum deadline. Berasal dari pengalaman masa lalu bahwa segala tugas sekolah harus diselesaikan tepat waktu atau lebih cepat agar nantinya tugas tersebut tidak terbengkalai saat serangan kejang datang secara beruntun.
Aku juga bisa bekerja sama dengan orang lain. Karena kalau semua tugas aku kerjakan sendiri, aku akan lebih mudah lelah dan stress yang dapat memicu munculnya serangan.
Aku pantang menyerah dan terus berusaha sampai pekerjaan selesai. Aku pantang menyerah hidup bersama epilepsi. Terus berusaha dan bersemangat untuk sembuh, sampai akhirnya menemukan solusi operasi bedah otak.
Aku tidak takut gagal, termasuk kegagalan operasi bedah syaraf otak. Aku berani mencoba hal-hal baru. Aku selalu belajar dari kegagalan, dan tidak akan mengulanginya lagi.
Aku harus menyelesaikan tugas sebelum deadline. Berasal dari pengalaman masa lalu bahwa segala tugas sekolah harus diselesaikan tepat waktu atau lebih cepat agar nantinya tugas tersebut tidak terbengkalai saat serangan kejang datang secara beruntun.
Aku juga bisa bekerja sama dengan orang lain. Karena kalau semua tugas aku kerjakan sendiri, aku akan lebih mudah lelah dan stress yang dapat memicu munculnya serangan.
Aku pantang menyerah dan terus berusaha sampai pekerjaan selesai. Aku pantang menyerah hidup bersama epilepsi. Terus berusaha dan bersemangat untuk sembuh, sampai akhirnya menemukan solusi operasi bedah otak.
Dalam 2 sesi
interview di perusahaan ini, tidak ada yang bertanya kepada ku seputar kondisi
kesehatan ataupun secara spesifik bertanyan tentang epilepsi. Aku lega melihat
hal ini. Aku rasa tidak perlu bercerita saat ini.
Beberapa hari
kemudian, aku pun mendapatkan penawaran pekerjaan dari mereka. Aku sangat lega
dan senang sekali. Pekerjaan yang mereka tawarkan adalah quantitative research
executive. Nantinya pekerjaanku sehari-hari adalah melakukan riset kuantitatif untuk memahami perilaku konsumen.
Dengan demikian,
aku semakin mantap untuk berpindah kerja dari dunia akademis ke dunia praktisi.
Aku mengundurkan diri dari rencana studi S3 psikologi, namun staus dosenku di Universitas Gunadarma tidak berubah. Aku tetap berstatus dosen di sana tetapi
menjadi dosen non aktif. Suatu saat nanti ketika aku sudah kenyang pengalaman
dengan dunia kerja, aku akan kembali mengajar. Di saat itu aku bisa mengajarkan
teori psikologi yang sudah update dengan kondisi masyarakat dan dunia kerja
terkini.
November 2010,
aku mulai bergabung dengan Ipsos.
Ketika pertama kali bergabung, aku belum bisa kerja full 100% di perusahaan
ini, mengingat aku masih punya kewajiban untuk menyelesaikan kegiatan mengajar
psikologi eksperimen sampai akhir desember 2010. Jalan tengah yang diambil oleh
ku adalah, aku hanya bekerja di hari kamis & jumat di bulan November-Desember
2010, karena di hari senin-rabu aku masih harus mengajar. Di awal Januari 2011,
aku mulai bekerja 100% di perusahaan ini.
Bekerja di
perusahaan multinasional membuat skillku dalam berkomunikasi dalam bahasa
inggris semakin terasah. Bahasa inggris adalah bahasa sehari-hari di kantor.
Selain itu skill ku dalam bidang penelitian juga semakin berkembang. Aku belajar dan menerapkan berbagai
metode riset kuantitatif dalam pekerjaan sehari-hari. Berbagai
penelitian yang aku lakukan antara lain product
and concept test, brand tranckking, advertising study, usage and attitude study,
dll
Skill riset ini juga
membantuku dalam menyusun desain studi kualitas hidup ODE berikutnya. Sejak
aktif dalam YEI, aku merencanakan untuk melaksanakan riset kualitas hidup ODE
di Indonesia dalam 2-3 tahun sekali. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
feedback bagi YEI untuk menilai seberapa eketifkah kegiatan YEI untuk
meningkatkan kualitas hidup ODE. Di sisi lain, hasil riset ini juga akan didaftarkan dalam seleksi paper ilmiah untuk dipresentasikan dalam kongres epilepsi
internasional.
***
Pada bulan Mei
2012, aku mendapatkan tawaran pekerjaan dari perusahaan kompetitor. Ini adalah Kadence, sebuah perusahaan konsultan riset pemasaran multinasional dari Inggirs. Tawaran yang
diberikan adalah kesempatan untuk lebih berkembang lagi dengan memberiku
kepercayaan memegang tanggung jawab atau jawaban yang lebih tinggi. Tawaran
yang sangat menarik, dan aku sangat berminat untuk mencoba mengirim CVku kepada
Managing Director (MD) perusahaan Inggris tersebut.
Aku pun mulai
memperbaharui CV ku, dan rasa bimbang itu kembali muncul
pada pikiranku. Aku bertanya pada diriku sendiri:
Apakah perlu mencantumkan aktivitasku di YEI
sebagai kegiatan sosial di dalam CV? Di beberapa perusahaan kegiatan sosial kita seringkali ditanyakan untuk mengenal siapa kita
Apakah perlu mencantumkan pengalamanku
mempresentasikan hasil penelitian di Melbourne beberapa waktu lalu? Ini bisa
menjadi nilai lebih bagi seorang researcher, tetapi ini juga berhubungan dengan
epilepsi
Apakah riwayat kesehatan dan epilepsi
menjadi pertimbangan bagi perusahaan ini dalam penerimaan karyawan baru?
Akhirnya kali ini aku
memutuskan berani untuk mencantumkan informasi tentang epilepsi di dalam CVku.
Dengan pertimbangan bahwa cepat atau lambat siapa pun akan tahu tentang riwayat
epilepsiku. Jika HRD dari
perusahaan tersebut pintar, dia pasti juga akan mencari tahu segala hal tentang
ku di Google. Ketika aku ketik nama ku di google, maka aku akan menemukan
banyak informasi tentang diriku dan riwayat epilepsi.
Seiring dengan
aktivitas YEI di facebook, aku pun mulai sering mendapatkan wall post dari rekan-rekan
yang bertanya tentang epilepsi. Pada awalnya aku sempat berpikir untuk
menghapusnya. Tetapi jika aku melakukan hal ini, maka aku kembali menjadi Aska
di masa lalu, yaitu Aska yang menolak fakta bahwa dirinya adalah ODE. Akhirnya
aku putuskan tidak menghapus postingan tersebut, dengan resiko bahwa semua
orang bisa membacanya, termasuk orang HRD dari perusahaan ini.
Aku menyampaikan informasi apa
adanya di dalam CV. Semoga MD ataupun HRD bisa lebih bijak menyikapinya. Semoga
mereka lebih memusatkan perhatian pada pengalamanku bekerja di prusahaan kompetitor ataupun pengalamanku melakukan presentasi di seminar
internasional.
3 hari setelah
mengirimkan CV, aku diundang untuk interview dengan MD. Beberapa hal yang
dibahas adalah pengalaman melakukan penelitian dan analisis data. Sampai
akhirnya di sesi akhir interview pertanyaan yang aku khawatirkan muncul:
“Aska…saya baca di CV ini kamu juga
aktif di YEI, serta pernah juga presentasi di seminar internasional tentang
epilepsi. Apakah kamu adalah ODE?”
Haruskah aku
jujur?
Aku tetap tidak berani jujur. Langsung muncul penyesalan dalam benakku.
Harusnya aku tidak perlu menulis informasi apapun tentang epilepsi dalam CV.
Yang aku inginkan sebenarnya adalah menunjukkan prestasiku dalam sebuah seminar internasional. Tapi rupanya dia lebih concern kepada statusku sebagai ODE
Aku tetap tidak berani jujur. Langsung muncul penyesalan dalam benakku.
Harusnya aku tidak perlu menulis informasi apapun tentang epilepsi dalam CV.
Yang aku inginkan sebenarnya adalah menunjukkan prestasiku dalam sebuah seminar internasional. Tapi rupanya dia lebih concern kepada statusku sebagai ODE
“Bukan, saya
mulai aktif di YEI saat dulu penelitian tesis. Lalu hasil tesis saya
presentasikan di Melbourne. Karena sudah kenal dekat dengan pengurus YEI, maka
sampai sekarang saya masih turut serta membantu dalam kepengurusan YEI”, kataku
setengah berbohong sambil menyadari bahwa sebaiknya lain kali informasi tentang
epilepsi aku hapus saja dari CV, karena sepertinya si MD ini sangat concern
dengan karyawan epilepsi.
Aku khawatir dia
tidak bisa memperkerjakan karyawan ODE.
“ok, saya hanya
ingin tahu saja. Interview cukup sampai disini. Berikut saya beri tawaran pekerjaannya”
Beliau pun
langsung memberi surat tawaran pekerjaan berisi detail tentang gaji dan
tanggung jawab. Tawaran gaji dan tanggung
jawab yang lebih tinggi membuatku tidak perlu berpikir panjang lagi
untuk mengambil keputusan. Aku jawab ‘ya’ saat itu juga.
Terkadang aku jadi merasa aneh sendiri. Dahulu aku bisa bersahabat dengan epilepsi. Aku tidak malu mengakui diriku adalah ODE. Tetapi kenapa sekarang berbeda? Mengapa aku jadi lebih berhati-hati untuk bercerita bahwa aku adalah ODE?
Mungkin karena dahulu situasi yang aku hadapi adalah situasi sekolah/kuliah. Sedangkan saat ini yang aku hadapi adalah dunia kerja, dengan persaingan antar pekerja yang semakin ketat dan kompleks.
Terkadang aku jadi merasa aneh sendiri. Dahulu aku bisa bersahabat dengan epilepsi. Aku tidak malu mengakui diriku adalah ODE. Tetapi kenapa sekarang berbeda? Mengapa aku jadi lebih berhati-hati untuk bercerita bahwa aku adalah ODE?
Mungkin karena dahulu situasi yang aku hadapi adalah situasi sekolah/kuliah. Sedangkan saat ini yang aku hadapi adalah dunia kerja, dengan persaingan antar pekerja yang semakin ketat dan kompleks.
***
Aku mulai bekerja di perusahaan
Inggris ini di akhir juni 2012. Kantor perusahaan ini berada di daerah Rasuna
Said Jakarta Selatan. Di minggu pertama aku langsung mendapatkan perintah dinas
ke luar kota. Pekerjaan di sini lebih berat dan menantang dari pada pekerjaan di
kantor sebelumnya, karena aku harus mempersiapkan segala hal sendiri. Setiap
orang sudah memiliki project masing-masing. Selain itu jumlah projectnya juga
jauh lebih banyak daripada jumlah projectku di kantor sebelumnya. Di satu sisi pekerjaan ini melelahkan. Tetapi di sisi lain banyak sekali pengalaman berharga yang aku dapatkan dari perusahaan ini.
Bersama teman-teman Kadence
Aku pun mulai sering lembur dan
terlambat makan malam. Kebiasaan ini terus berulang setiap hari. Setiap
malam aku pulang dalam kondisi lelah, dan ingin segera tidur. Pada pagi hari,
aku pun bangun jam 8. Aku
mulai sulit bangun pagi karena kondisi tubuh yang lelah. Pada akhirnya aku pun
malas menyiapkan sarapan pagi, dan lebih memilih langsung berangkat ke kantor.
Aku mulai kerja jam 10 pagi dan selesai paling cepat jam 7 malam. Begitu terus
setiap hari. Di akhir pekan, aku pun tidak sempat beristirahat karena harus
mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan acara pernikahan dengan Putri
di akhir tahun 2012.
Akhirnya kondisi tubuh pun tidak
bisa berbohong. Tiba-tiba serangan kejang itu muncul lagi. Aku mengalami serangan kejang di dalam kantor. Semua orang melihatku dengan terkejut saat itu..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar