Selasa, 09 Februari 2016

#19 Ada banyak hal di dunia ini, tidak hanya epilepsi semata

Sepulang dari Cina, aku mendapatkan banyak materi yang dapat digunakan sebagai bahan tesis. Setelah melaui diskusi dengan dr Zainal Muttquin, dosen pembimbing, papa-mama, dan teman-teman, aku memutuskan untuk mengangkat tema ”Kualitas hidup Orang Dengan Epilepsi (ODE)”.

Di awal 2009 aku mulai menyusun proposal tesis. Proses penyusunannya sendiri berjalan dengan singkat, mengingat aku sudah mulai mencicilnya sejak semester 1 di dalam berbagai tugas kuliah. Segala tugas dari mata kuliah psikoterapi, modifikasi perilaku, psikologi lintas budaya, psikologi rehabilitasi, psikologi klinis, dll aku kaitkan dengan tema epilepsi. Ini bisa membantuku untuk terus mematanngkan topik epilepsi untuk tesis. 

Sekitar bulan maret 2009, aku pun bisa melalui ujian komprehensif proposal tesis dengan lancar. Proposal risetku disetujui oleh dosen pembimbing dan dosen penguji. Tantangan berikutnya adalah mencari rekan-rekan ODE yang bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitianku.

Di tahun itu, aku masih sulit menemukan rekan-rekan ODE di Indonesia. Ketika aku search di google, aku hanya menemukan informasi tentang epilepsi, obat, dan bedah syaraf. Aku tidak bisa menemukan ODE. Aku pun mencoba search ODE di facebook, hasilnya nihil. Saat itu ODE masih belum berani bersuara karena masih ada stigma negatif terhadap epilepsi dalam masyarakat. ODE malu, ataupun takut jika orang lain tahu bahwa dirinya adalah ODE, maka dia akan dikucilkan, akan dipecat dari pekerjaannya, ataupun diputus oleh pacarnya.

Aku pun coba mengontak dr Zainal Muttaqin seali lagi untuk meminta referensi nama-nama ODE jika memungkinkan. Seperti biasa, beliau selalu memberi sambutan hangat kepadaku. Beliau memberikan referensi seorang dokter syaraf di Jakarta yang bernama dr Irawaty Hawari Sp.S. Dr Ira pernah melakukan riset pada ODE di Jakarta dan beliau juga ketua umum Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI).

Aku pun mencoba mengontak dr Ira, dan aku bersykur mendapat sambutan yang hangat pula dari beliau. Aku sampaikan maksud dan tujuanku. Dia pun bersedia membantu dan memberi referensi kepada pengurus klinik epilepsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Aku pun segera meminta surat pengantar dari Fakultas Psikologi UGM untuk melakukan riset di RSCM pada bulan Mei-Juni 2009. 

Akhir april aku sudah mendapatkan surat pengantar dari kampus. Aku pun segera mempersiapkan segala hal untuk hidup di Jakarta selama 2-3 bulan. Rencananya aku akan tinggal di sebuah apartemen di Kemayoran. Ini adalah apartemen yang sebenarnya sudah dibeli oleh papa sejak tahun 2006. Tetapi sampai 2009 apartemen ini jarang digunakan, bahkan hendak dijual.

Sesampainya di Jakarta, aku lantas mempersiapkan segala kebutuhan rumah tangga untuk hidup di Jakarta 2-3 bulan ke depan. Aku membersihkan apartemen sendiri, aku berbelanja sendiri, aku mempersiapkan segala persyaratan prosedur administrasi ke RSCM secara mandiri pula. Inilah pertama kalinya aku hidup mandiri, jauh dari keluarga, dan segala sesuatu aku sendiri yang menentukan. Sesuatu yang mustahil dilakukan saat dulu aku masih sering terkena serangan kejang epilepsi.

Awal mei segala urusan administrasi di RSCM beres, dan aku bisa mulai pengumpulan data keesokan harinya. Selama proses pengumpulan data di RSCM aku akan dibantu oleh dr Astri dan juga suster Yeyet.

Hari selasa pagi aku berangkat dari apartemen kemayoran menuju RSCM dengan angkutan umum. Sesampainya di klinik epilepsi RSCM, aku disambut oleh suster Yeyet. Beliau menyediakan satu buah kursi dan meja untukku, dan diletakkan disamping kursi-meja dokter. Nantinya setiap pasien epilepsi yang telah selesai berkonsultasi dengan dokter, dapat berpindah ke kursi di sebelahnya untuk mengisi kuesioner yang aku berikan.

Proses interview dengan teman-teman ODE tidak berjalan mudah. Di minggu pertama aku meminta ODE untuk mengisi sendiri kuesioner yang aku berikan. Hanya sedikit sekali ODE yang bisa membaca pertanyaan dan mengisi kuesioner secara mandiri. Sisanya, mayoritas, tidak bisa mengisi kuesioner sendiri.

Belajar dari pengalaman tersebut, di minggu kedua aku mulai berinisiatif untuk menginterview ODE. Aku bacakan pertanyaannya, lalu aku minta dia menjawab, dan aku akan langsung mencatat jawaban dia di kuesioner. Aku harus lebih sabar dalam bertanya ataupun membacakan pertanyaan di kuesioner. Ini adalah hal yang tidak aku sadari sebelumnya, dan menjadi tantangan sendiri dalam pengumpulan data. Epilepsi adalah gangguan syaraf otak yang dapat berpengaruh pada kemampuan kognitif dan memori ODE. Sehingga kita tidak bisa berasumsi bahwa ODE akan mudah diinterview seperti orang normal pada umumnya.

Setelah hampir 2 bulan mengumpulkan data di RSCM, aku mendapatkan jumlah response/data yang cukup untuk melakukan analisis. Aku pun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para perawat, dokter, dan teman-teman ODE yang telah banyak membantu. Kini saatnya kembali ke Yogyakarta untuk melakukan analisis data.

***

Aku pun mulai input data/respon dari sekian banyak kuesioner ke dalam program komputer. Proses ini memakan waktu yang lama, mengingat hanya aku seorang diri yang melakukannya. Setelah data selesai diinput, aku pun langsung melakukan analisis. Aku pun mencari benang merah antara hasil analisis dengan landasan teori yang sudah aku kumpulkan sebelumnya.

Proses mencari insight ini membutuhkan waktu yang lama pula. Aku harus membaca lagi teori-teori yang ada, data-data yang ada sebelumnya, dan juga data yang aku olah. Ini membuatku setiap hari hanya berputar pada masalah epilepsi, epilepsi, dan epilepsi.

Sampai akhirnya aku sampai pada titik jenuh.

"Mengapa masih harus memikirkan epilepsi?"

"Aku sudah sembuh, bebas serangan, dan sebentar lagi bebas obat. Masa mind set nya tetap hanya fokus pada epilepsi?"

"Di dunia ini ada banyak hal, seni, karier, manajemen, marketing, dll. Kenapa aku hanya fokus pada epilepsi saja sejak dahulu?"

"Ayolah....aku sudah sembuh. Saatnya move on, buka lembaran baru dalam kehidupan, jangan lagi fokus pada epilepsi semata"

Akhirnya aku berjanji pada diriku sendiri bahwa ini saatnya aku mengakhiri hidup bersama epilepsi. Tesis ini adalah klimaks nya. Aku selesaikan tesis ini, lalu aku lulus, dan aku akan bekerja di Jakarta. Sebuah lingkungan yang membantuku melupakan epilepsi lewat segala kesibukan dalam pekerjaan.

***

Di dalam masa-masa jenuh itu, aku mulai banyak meluangkan waktu untuk bersantai. Aku mulai mengajar piano di salah satu sekolah musik di Yogyakarta. Musik adalah salah satu hal yang membuat otakku menjadi refresh kembali. Selain piano, aku juga sempat belajar memainkan saxophone. Sempat juga tampil bermain sax saat acara syukuran pengukuhan guru besar untuk papa tahun 2007.

Selain bersantai lewat musik, di sela-sela waktu itu aku juga sering melakukan window shopping bersama Minda, adikku. Terkadang dia suka mengajakku pergi untuk membicarakan beberapa hal, mulai dari masalah dalam kuliahnya, hal-hal yang terjadi dalam keluarga kami, dll. Inilah pertama kalinya aku menyadari peran yang sebenarnya sebagai seorang kakak. Selama ini aku lupa dengan peran itu, dan Minda pun rela mengalah asalkan aku bisa sembuh dari epilepsi.

Ini juga menjadi salah satu faktor yang membuatku ingin move on dari epilepsi. Aku sekarang bukan ODE. Aku adalah orang normal. Aku adalah seorang kakak.

Suatu hari Minda mengajakku pergi ke sebuah kafe untuk membicarakan beberapa hal. Akupun lantas bersiap dan kemudian ke garasi mobil untuk siap berangkat. Aku langsung menuju pintu kursi penumpang. Saat itu aku belum boleh mengendarai mobil oleh papa. Jadi sejak kecelakaan mobil tahun 2003 sampai tahun 2009 itu aku tidak pernah mengendarai mobil.

"Mas ke sini aja", pinta Minda sambil mengarahkan ku ke pintu kursi sopir

"Ada apa?" tanyaku

"Mas yang nyetir mobil aja", pinta Minda

"Hah...tapi kan aku belum boleh nyetir sama papa", jawabku

"Ah Mas, kalau nunggu papa ntar kelamaan mas gak bisa nyetir lagi"

"Tapi..."

"Udahlah nih Mas aja yang nyetir. Kalau Mas sekarang bisa nyetir nanti papa pasti mengizinkan mas untuk nyetir mobil lagi"

"Ok deh, aku coba ya". Aku pun mulai mengendarai mobil kembali. Ternyata insting dan feelingku tidak hilang. Aku bisa mengendarai mobil pulang-pergi tanpa hambatan apapun.

Ketika aku memarkirkan mobil di rumah, mama seketika datang dengan memarkirkan mobilnya di depan rumah. Mama pun melihatku sudah bisa mengendarai mobil.

"Nah gitu dong, bisa nyetir lagi. Kamu udah sembuh kan?" kata mama

"iya mah"

Aku berterima kasih kepada Minda atas kesempatan yang dia berikan sehingga sampai saat ini aku bisa mengendarai mobil kembali.

Sekali lagi aku berkata dalam hari, "let's move on from epilepsy"

***

Agustus 2009 aku menjalani ujian sidang tesis. Aku termasuk orang-orang pertama dalam angkatanku yang menjalani ujian sidang. Ujian tesis ini berjalan dengan lancar. Aku bisa menjawab segala pertanyaan dosen penguji. Aku hanya perlu memperbaiki sedikit hal dalam tesisku, untuk kemudian aku serahkan final tesis ke Fakultas Psikologi UGM.

Oktober 2009, aku melangsungkan upacara wisuda S2. Ini adalah acara wisuda kedua ku.



Semoga aku bisa segera mendapatkan pekerjaan selepas lulus S2 ini




Tidak ada komentar:

Posting Komentar