Kantor
sudah mulai sepi, hanya tinggal tersisa 2 orang, yaitu Aku dan staf dibawahku.
Aku lihat jam tanganku, Jum’at 2 desember 2016 pukul 20:00.
“semoga
pekerjaan ini segera selesai”, kataku dalam hati. Aku menginginkan pekerjaan
bisa selesai hari ini, sehingga aku bisa segera pulang dan bertemu Sofia. Hari
ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 3. Selain itu, aku juga tidak ingin
membawa beban pekerjaan di hari libur besok.
Terlebih lagi lusa aku akan memulai cuti panjang untuk berlibur bersama
keluarga ke Australia.
“Udah
selesai nih Pak”, stafku memanggilku 30 menit kemudian
“Ok,
mari kita cek dan segera pulang”
Hanya
butuh waktu 5 menit untuk cek validitas dan reliabilitas data. Setelah semua
ok, aku segera mengirimkan laporan data tersebut kepada atasan sambil
mengingatkan bahwa aku akan memulai cuti panjang minggu depan.
Aku
pun langsung membereskan meja dan segala barang-barangku. Hawa liburan sudah mulai merasuk ke dalam
pikiranku. Aku segera berlari keluar kantor.
Tiba-tiba
handphone ku bergetar. Ada sebuah pesan masuk.
“Aduh
ada apa lagi nih, apakah ada yang salah pada laporan data tadi?”, tanyaku dalam
hati setengah was-was
Aku
buka handphone, dan aku lihat ada pesan masuk tetapi bukan dari atasanku. Pesan
tersebut ternyata berasal dari Facebook.
Aku
baca pesan tersebut
Salam kenal Pak Aska. Saya ODE juga seperti
Pak Aska. Saya pernah membaca kisah Pak Aska di web. Kalau bapak kan sudah bebas dan sembuh dari epilepsi,
sedangkan saya sendiri masih kena serangan kejang, dan juga disertai rasa
cemas, rasa tidak percaya diri. Terlebih lagi akhir-akhir ini rasa cemas
kekhawatiran munculnya serangan semakin besar. Saya lelah dengan ini semua
Kalau bapak berkenan memberi sedikit saran
kepada saya, kira-kira apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan rasa
khawatir munculnya serangan ini. Saya ingin terbebas dari semua ini. Terbebas
dari serangan kejang, dan juga terbebas dari epilepsi. Saya lelah dengan semua
ini. Saya merasa tidak berguna untuk suami dan keluarga saya. Kapan saya akan
sembuh? Saya ingin sekali menjadi orang yang mampu memberikan kebahagiaan untuk
keluarga. Bukan malah sebaliknya…………..
Pesan
yang panjang. Aku akan menjawabnya di rumah saja. Sekarang yang penting pulang terlebih
dahulu sebelum terlalu malam.
Sesampainya
di rumah, Sofia sudah menyambutku disertai permintaannya untuk menyalami dan
memelukku. Aku juga harus segera
membereskan koper sebelum berangkat lusa. Pada akhirnya aku pun tidak sempat
lagi membalas pesan di Facebook tersebut.
***
Keesokan
harinya, jadwal kegiatanku sudah penuh seharian. Ada 2 agenda hari ini, yaitu
acara lamaran saudara sepupuku, dan juga hari pertama konfrensi epilepsi
nasional di Jakarta. Khusus untuk konfrensi epilepsi, aku harus menyempatkan
diri datang hari ini membantu teman-teman, mengingat besok aku sudah berangkat
liburan dan tidak bisa menghadiri konfrensi di hari kedua.
Acara
lamaran dapat berjalan dengan lancar, dan setelah makan siang aku lanjut
menghadiri konfrensi bersama istri dan Sofia.
Rasanya
seperti nostalgia dalam konferensi itu. Aku bertemu lagi dengan Aditya Subekti
dan ibunya. Dia adalah seorang pianis sekaligus komposer lagu, yang juga
memiliki epilepsi. Dia adalah orang pertama yang membuka mataku tentang operasi
bedah otak epilepsi di Indonesia. 10
tahun yang lalu, dia bersemangat mengirimkan foto-foto dia selama operasi
kepadaku, untuk membuatku yakin mengambil keputusan epilepsi. Hal yang sama aku
lakukan sekarang melalui tulisan di blog ini.
Kusapa
juga Ibunya. Aku selalu ingat pesan dari ibunya
“Epilepsi
itu sama seperti penyakit lain. Sama seperti sakit jantung, asma, diabetes,
dll. Sama-sama mengganggu kesehatan kita. Tidak ada yang spesial dengan
epilepsi. Tetapi kita terlalu banyak mengeluh, cemas, khawatir. Padahal pasien
jantung, ginjal, asma, diabetes tetap bisa bekerja dan beraktivitas normal tuh.
Kenapa kita tidak? Jangan jadikan epilepsi sebagai penghambat”
Dia
juga menambahkan,
“Saya
bilang kepada anak saya, kamu tidak perlu takut tidak bisa mengendarai mobil.
Tidak apa-apa jika tidak bisa mengendarai mobil, yang penting kita bisa bekerja
dan membayar sopir. Masih lebih hebat
orang yang bisa membayar sopir, daripada orang yang hanya bisa mengendarai
mobil”
Sepasang
ibu dan anak ini memang memiliki ciri yang unik, mereka sangat percaya diri
dengan kondisi mereka. Opininya tidak salah, hanya saja berbeda dengan
mayoritas ODE yang masih belum percaya diri. Sebenarnya opini ini sudah bisa
menjawab pertanyaan yang aku dapat semalam. Hanya saja mungkin sekarang bukan
saatnya yang tepat untuk menjawab seperti ini, karena belum tentu pas untuk
rekan ODE yang sedang down.
Aku
sangat setuju dengan pendapat “Jangan jadikan epilepsi sebagai penghambat”.
Tetapi aku harus mencari cara komunikasi yang pas untuk menyampaikan pesan
tersebut kepada rekan ODE ini.
Di
akhir acara aku menyempatkan diri untuk menyapa Prof dr Zainal Muttaqin. Ini
adalah nostalgia kedua. Beliau adalah dokter yang mengoperasi ku hampir 10
tahun yang lalu. Beliau menghadiri konfrensi ini sebagai pembicara membahas
terapi bedah epilepsi di Indonesia.
Aku
perkenalkan dia kepada Istri dan Sofia. Inilah pertama kalinya mereka bertemu
dengan beliau
***
Hari
minggu pagi, aku berkumpul bersama papa, mama, adik, istri, dan Sofia. Kami
akan memulai perjalanan liburan kami ke Perth dan Melbourne.
Setibanya
di Perth, kami disambut udara dingin. Ini adalah musim panas, tetapi suhu
udaranya sekitar 15 derajat celcius. Untuk orang-orang yang biasa tinggal di
Negara tropis seperti kami, udara ini sudah cukup dingin. Terlebih lagi bagi
Sofia, ini pertama kalinya kulitnya menyentuh udara dengan suhu tersebut. Aku
pun segera memakaikan jaket kepadanya.
Selama
di Perth kami banyak berkunjung ke tempat wisata alam dan sejarah. Hampir semua
berada di tempat terbuka disertai suhu dingin dan angin yang kencang.
Di
hari kedua, Sofia mulai kedinginan. Dia pun meminta satu hal kepadaku:
“Pegang
tanganku erat-erat ya Ayah”, suatu
permintaan yang sederhana. Aku pun lantas menggenggam tangannya. Ketika
tangannya sudah hangat, dia lantas meminta tanganku membuka genggaman.
Tapi
permintaan itu datang kembali beberapa jam kemudian, baik ketika dia sedang
berjalan, duduk di toddler stroller, ataupun makan.
Setelah
menghabiskan waktu 4 hari di Perth, kami pun melanjutkan perjalanan ke
Melbourne. Aku sempatkan diri mengunjungi Convention & Exebition center
tempat aku melakukan presentasi hasil studi epilepsi pada acara kongres
epilepsi asia pasifik 2010
Di
Melbourne, suhu udara lebih dingin daripada Perth. Sofia semakin sering meminta
aku menggenggam tangannya. Sofia juga sering kali minta digendong ketika dia
sudah lelah dan kedinginan.
Permintaan
dari Sofia adalah permintaan yang sederhana bagi kita, tetapi penting bagi dia.
Dia ingin memiliki orang tua yang dapat diandalkan dalam berbagai situasi.
Aku
jadi berpikir, “Kalau tiba-tiba sekarang aku kena serangan kejang lagi karena
kelelahan atau suhu yang terlalu dingin ini, apakah aku masih bisa diandalkan
oleh Sofia?”
“Kenapa
tidak?”, jawabku sendiri
“Serangan
kejang kan hanya sekian detik/menit, setelah itu bisa beraktivitas normal
kembali”
“Kalau
tidak mau beresiko, tidak perlu menggendong Sofia, cukup genggam erat tangannya
saja. Biarkan dia tetap duduk di atas stroller. Intinya, aku tetap memiliki
arti dan berguna bagi Sofia”. Aku terus berbicara dalam hati.
Aku
jadi teringat pertanyaan yang aku dapatkan di Facebook malam itu.
Kalau aku ingin memberikan kebahagiaan bagi
keluarga, apakah harus menunggu aku terbebas dari serangan kejang terlebih
dahulu?
Apakah aku tidak bisa memberikan kebahagiaan
bagi keluarga saat ini walaupun aku masih kena serangan kejang?
Aku
pun mendapatkan inspirasi untuk menjawab pesan di Facebook tersebut
Jangan
jadikan epilepsi sebagai penghambat. Tidak perlu lagi khawatir dan terimalah
fakta bahwa kita adalah ODE. Jangan gunakan pikiran dengan sia-sia hanya untuk
mengeluh tentang kondisi kita. Gunakan pikiran untuk mencari solusi hidup sehat
bersama epilepsi.
Evaluasi
diri tentang aktivitas apa saja yang biasa dilakukan. Probabilitas serangan
kejang lebih tinggi untuk muncul dalam aktivitas apa? Mana aktivitas yang
jarang berpotensi menimbulkan serangan? Setelah tahu itu semua, maka aturlah
aktivitas terjadwal sesuai kebutuhan kita untuk membahagiakan kita dan
keluarga.
Pada
akhirnya kita dapat beraktivitas normal walaupun memiliki epilepsi. Jangan
tunda lagi segala aktivitas sampai kita sembuh, karena kita tidak akan pernah
tahu kapan akan sembuh. Saya saja sekarang, dari tes EEG terakhir, masih
memiliki potensi munculnya serangan kejang, walaupun potensinya jauh lebih
kecil daripada saat sebelum operasi.
Bukan
lagi: “Saya ingin sembuh agar saya dapat beraktivitas seperti orang normal”
Tetapi
kita ubah menjadi: “Saya tetap bisa beraktivitas normal walaupun memiliki
epilepsi”
***
Malam
itu, di Etihad Stadium Melbourne, Sofia nampak ceria melihat aneka cahaya lampu dan kembang api disertai
iringan musik. Aku genggam tangannya sebelum dia meminta. Aku genggam tangannya
di tengah angin dan udara dingin Melbourne di malam hari. Sambil kubisikkan dalam telinganya
Thank
you for the inspiration
You’re
so beautiful
You're
a sky full of stars
Coldplay
pun mulai memainkan lagu tersebut dihadapan kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar