Malam itu aku sedang mempersiapkan materi untuk presentasi pada acara seminar media. Aku akan membahas topik potensi diri dan juga kualitas hidup ODE. Aku berencana akan menyampaikan key message tentang pentingnya peran keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup ODE.
Untuk materi presentasi ini, aku ingin menyampaikannya dengan bahasa yang realistis, tidak hanya sekedar teoritis. Oleh karena itu, aku mencoba lagi membuka tulisan-tulisan pribadiku beberapa tahun yang lalu tentang epilepsi, serta beberapa jurnal psikologi yang berhubungan dengan tema ini.
Setelah materi presentasi selesai disusun, aku coba cek sekali lagi sebelum aku kirim ke panitia seminar media
"Ayah....Ayah...", Sofia tiba-tiba mendatangiku. Padahal sebelumnya aku lihat dia masih asyik bermain masak-masakan bersama bunda nya
"Iya, ada apa Sofia?"
"Ayah...bobo....Ayah bobo....kamar....kamar....", rupanya Sofia memintaku untuk segera tidur bersamanya di kamar
"Iya...bentar ya, Ayah kirim 1 email ini dulu ya", Jawabku. Aku pun segera klik tombol 'send' untuk memastikan materiku sudah terkirim ke panitia
"Ayah...bobo....Ayah bobo....kamar....kamar....", Pinta Sofia sekali lagi
"Iya....Ayah matikan laptop dulu ya...", aku bermaksud untuk menutup semua program lalu mematikan laptop. Tetapi, ketika hendak menutup program berisi list-list file, aku menemukan satu folder yang sudah lama tidak aku buka.
Folder itu berisi tetang komentar dan pesan orang-orang terdekatku tentang aku dan epilepsi. Komentar dan pesan ini ditulis tahun 2007. Saat itu aku sudah operasi dan bermaksud untuk mengumpulkan segala tulisan-tulisanku di blog untuk dipublikasikan dalam sebuah buku. Sang editor saat itu juga menyarakan aku untuk mengumpulkan komentar dan pesan-pesan dari orang-orang terdekatku. Jadilah ada file ini.
Aku buka file itu, dan tulisan pertama yang aku dapatkan adalah tulisan dari mama. Aku hampir lupa tentang apa yang ditulis oleh mama. Lebih tepatnya aku hampir lupa tentang apa pendapat orang tua ku tentang aku dan epilepsi. Maka aku pun langsung membacanya kembali
"Ayah...bobo....kamar," rengekan Sofia makin kencang. Melihat hal ini, istriku pun berinisiatif untuk mengajak Sofia masuk ke kamar terlebih dahulu bersama dia
"Sofia masuk ke kamar duluan sama bunda ya, nanti ayah nyusul," Jawabku
"Gak mau....sama Ayah...", seperti biasa, dia tetap meminta aku yang menemaninya. Namun istriku dengan sigap langsug membujuk Sofia untuk masuk ke kamar bersama nya
Mereka berdua pun masuk ke kamar, dan aku bisa berkosentrasi membaca tulisan mama sekali lagi.
Aska Primardi nama lengkapnya. Nama itu terinspirasi dari nama salah satu bahasa komputer, bahasa Pascal, bahasa ini yang waktu itu digeluti untuk menyelesaikan tugas pada Departement Informatique en Science Sociale Universite de Grenoble II Prancis. Pascal sendiri diambil dari nama Bleise Pascal adalah ahli matematika Prancis yang namanya kemudian didedikasikan oleh Niklaus Wirth untuk nama bahasa komputer yang dikembangkannya. Sedang nama Primardi, merupakan waktu kelahirannya, Pri yang artinya menjelang, Mardi diambil dari bahasa Prancis yang artinya Selasa.
Untuk materi presentasi ini, aku ingin menyampaikannya dengan bahasa yang realistis, tidak hanya sekedar teoritis. Oleh karena itu, aku mencoba lagi membuka tulisan-tulisan pribadiku beberapa tahun yang lalu tentang epilepsi, serta beberapa jurnal psikologi yang berhubungan dengan tema ini.
Setelah materi presentasi selesai disusun, aku coba cek sekali lagi sebelum aku kirim ke panitia seminar media
"Ayah....Ayah...", Sofia tiba-tiba mendatangiku. Padahal sebelumnya aku lihat dia masih asyik bermain masak-masakan bersama bunda nya
"Iya, ada apa Sofia?"
"Ayah...bobo....Ayah bobo....kamar....kamar....", rupanya Sofia memintaku untuk segera tidur bersamanya di kamar
"Iya...bentar ya, Ayah kirim 1 email ini dulu ya", Jawabku. Aku pun segera klik tombol 'send' untuk memastikan materiku sudah terkirim ke panitia
"Ayah...bobo....Ayah bobo....kamar....kamar....", Pinta Sofia sekali lagi
"Iya....Ayah matikan laptop dulu ya...", aku bermaksud untuk menutup semua program lalu mematikan laptop. Tetapi, ketika hendak menutup program berisi list-list file, aku menemukan satu folder yang sudah lama tidak aku buka.
Folder itu berisi tetang komentar dan pesan orang-orang terdekatku tentang aku dan epilepsi. Komentar dan pesan ini ditulis tahun 2007. Saat itu aku sudah operasi dan bermaksud untuk mengumpulkan segala tulisan-tulisanku di blog untuk dipublikasikan dalam sebuah buku. Sang editor saat itu juga menyarakan aku untuk mengumpulkan komentar dan pesan-pesan dari orang-orang terdekatku. Jadilah ada file ini.
Aku buka file itu, dan tulisan pertama yang aku dapatkan adalah tulisan dari mama. Aku hampir lupa tentang apa yang ditulis oleh mama. Lebih tepatnya aku hampir lupa tentang apa pendapat orang tua ku tentang aku dan epilepsi. Maka aku pun langsung membacanya kembali
"Ayah...bobo....kamar," rengekan Sofia makin kencang. Melihat hal ini, istriku pun berinisiatif untuk mengajak Sofia masuk ke kamar terlebih dahulu bersama dia
"Sofia masuk ke kamar duluan sama bunda ya, nanti ayah nyusul," Jawabku
"Gak mau....sama Ayah...", seperti biasa, dia tetap meminta aku yang menemaninya. Namun istriku dengan sigap langsug membujuk Sofia untuk masuk ke kamar bersama nya
Mereka berdua pun masuk ke kamar, dan aku bisa berkosentrasi membaca tulisan mama sekali lagi.
***
Aska Primardi nama lengkapnya. Nama itu terinspirasi dari nama salah satu bahasa komputer, bahasa Pascal, bahasa ini yang waktu itu digeluti untuk menyelesaikan tugas pada Departement Informatique en Science Sociale Universite de Grenoble II Prancis. Pascal sendiri diambil dari nama Bleise Pascal adalah ahli matematika Prancis yang namanya kemudian didedikasikan oleh Niklaus Wirth untuk nama bahasa komputer yang dikembangkannya. Sedang nama Primardi, merupakan waktu kelahirannya, Pri yang artinya menjelang, Mardi diambil dari bahasa Prancis yang artinya Selasa.

"Pada waktu
Aska berumur 3 tahun, saya terpaksa meninggalkannya untuk melanjutkan studi di
Inggris. Masih lekat dalam ingatan, waktu akan berangkat untuk ’predeparture
training’ (pelatihan sebelum berangkat ke Inggris) di Jakarta, Aska suhu
badannya tinggi dan beberapa kali kejang, suami waktu itu masih tugas di USA.
Hampir saja saya memutuskan mundur mengingat kondisi Aska. Akhirnya saya baru berangkat
setelah dokter bilang bahwa Aska boleh ikut ke Jakarta.
Pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan, di Jakarta pun Aska tetap kejang-kejang meskipun frekuensinya rendah. Sampai akhirnya saya berangkat studi untuk 2 tahun. Selama 2 tahun itu saya sempat pulang beberapa kali termasuk pada waktu ayah saya meninggal dunia. Sempat bingung juga, kala itu Aska amat dekat dengan eyang kakungnya, sebetulnya ada pembantu tetapi jelas tidak sama kualitasnya. Eyang kakung meninggal sementara eyang putri masih sibuk-sibuknya bekerja sebagai pramuwisata, sedang ibunya harus kembali ke Inggris, tinggal suami yang akhirnya menjadi ’single parent’ yang sesungguhnya, karena tidak ada lagi yang membantu dan bisa terus menerus menemani Aska seperti almarhum eyang kakungnya, sementara kejang-kejang masih sering muncul dan kenakalannya semakin bertambah. Cerita kenakalan Aska merupakan cerita tersendiri yang sampai sekarang masih sering dikenang keluarga dan akan tertawa terbahak-bahak mengingat kenakalan Aska itu.
Pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan, di Jakarta pun Aska tetap kejang-kejang meskipun frekuensinya rendah. Sampai akhirnya saya berangkat studi untuk 2 tahun. Selama 2 tahun itu saya sempat pulang beberapa kali termasuk pada waktu ayah saya meninggal dunia. Sempat bingung juga, kala itu Aska amat dekat dengan eyang kakungnya, sebetulnya ada pembantu tetapi jelas tidak sama kualitasnya. Eyang kakung meninggal sementara eyang putri masih sibuk-sibuknya bekerja sebagai pramuwisata, sedang ibunya harus kembali ke Inggris, tinggal suami yang akhirnya menjadi ’single parent’ yang sesungguhnya, karena tidak ada lagi yang membantu dan bisa terus menerus menemani Aska seperti almarhum eyang kakungnya, sementara kejang-kejang masih sering muncul dan kenakalannya semakin bertambah. Cerita kenakalan Aska merupakan cerita tersendiri yang sampai sekarang masih sering dikenang keluarga dan akan tertawa terbahak-bahak mengingat kenakalan Aska itu.
Aska sempat
menyusul ke Inggris selama 1 bulan, saya pulang 3 bulan kemudian dalam keadaan
hamil. Kelahiran anak saya kedua, seorang putri, disambut hangat oleh Aska.
Mulai kelahiran anak kedua, Aska yang
tadinya nakal mulai menjadi pendiam, tetapi perhatian ke adiknya besar sekali.
Peristiwa
kedua yang mengagetkan saya yaitu waktu Aska di kelas 3 SMP, waktu itu dia
kembali kejang-kejang dan langsung dibawa ke RS Panti Rapih oleh pihak sekolah.
Saya datang Aska sudah ada di ruang gawat darurat, dokter kemudian menyarankan
untuk istirahat di Rumah sakit sambil didiagnosa.. diduga terkena virus..
Setelah 1 minggu di diagnosa, hasilnya tidak diketemukan sesuatu yang
membahayakan.
Aku ingat pengalaman ini. Bahkan aku pun dulu tidak bisa dipastikan memiliki diagnosis epilepsi. Hasil tes EEG menunjukkan bahwa aku sehat, tidak memiliki gangguan syaraf
Aku ingat pengalaman ini. Bahkan aku pun dulu tidak bisa dipastikan memiliki diagnosis epilepsi. Hasil tes EEG menunjukkan bahwa aku sehat, tidak memiliki gangguan syaraf
Masih di
tahun itu.. tiba-tiba saya ditelpon pihak sekolah kalau Aska kejang lagi.. segera saya datang, pada saat itu suami sedang tugas ke Jakarta. Aska kemudian saya bawa ke RS Panti Rapih yang
kebetulan di depan sekolahnya.. Pada waktu saya tuntun menuju mobil.. tiba-tiba
dia meronta-ronta dan teriak-teriak kesakitan sambil memegang kepalanya.. akibatnya
susah sekali memaksa Aska masuk mobil meskipun akhirnya berhasil. Di depan ruang
Gawat Darurat Panti Rapih.. dia masih teriak-teriak
sehingga semua orang memandang heran.. secara fisik dia tidak kelihatan sakit
tapi kenapa teriak-teriak kesakitan.. Baru diam setelah
disuntik penenang kemudian disarankan
lagi untuk rawat inap.. dengan halus saya tolak,
akan saya bawa ke Jakarta karena pada waktu itu sedang dalam perawatan oleh
dokter ahli syaraf (Alm dr. Hukom) di Jakarta.
Setelah itu
sakitnya tetap muncul dan waktu kemunculannya tidak beraturan.. Kadang-kadang
seminggu sekali, pernah seminggu 3-4 kali... pernah juga 2 minggu sekali...
Pada waktu itu Aska masih yakin bahwa dirinya masih bisa menditeksi kemunculan
sakitnya (kambuh), meski kita sebagai orang tua merasa was was, yah seperti
halnya remaja yang berjiwa muda dan merasa dirinya yang paling tahu tentang
dirinya. Sebagai contoh bila dia sedang mengendarai motor ataupun mobil bila
akan kambuh dia masih bisa berhenti dan meminggirkan kendaraaan untuk kambuh beberapa
saat dan kemudian melanjutkan perjalanannya. Kambuhnya terkadang bisa dicegah
bila belum terlambat, tetapi lebih sering terjadinya daripada pencegahannya. Sampai
sesuatu yang fatal terjadi yang mana kambuhnya datang tiba-tiba dan tidak
terduga dalam kondisi sedang menyopir mobil, mobil kemudian menabrak pagar
rumah orang sehingga mobil ringsek bagian depan. Anehnya Aska tidak cedera
sedikitpun. Mulai saat itu Aska menjadi penurut untuk tidak mengendari
kendaraan apapun, sebagai gantinya supaya dia tetap bisa beraktifitas kami
menyediakan sopir khusus. Setelah itu
susah sekali menduga kemunculan.. sementara Aska sendiri menjadi tidak
bisa mendeteksi kemunculannya.
Yang saya
lakukan untuk mengantisipasi kambuhnya Aska yaitu selalu mengkondisikan diri sendiri
untuk selalu tenang dan membawa tissue
untuk membersihkan ludah bila kambuh. Saya selalu berusaha bersikap tenang
menghadapi kambuhnya Aska dan selalu berbicara pada Aska untuk selalu tenang.
Saya merasakan Aska seperti diri saya sendiri kalau saya tenang maka Askapun
akan tenang.. Pada perkembangan selanjutnya Aska menjadi menutup diri lebih suka menyendiri, dia
menjadi orang yang pasrah dan sifat positipnya adalah dia hampir dikatakan
tidak pernah mengeluh ataupun protes terhadap segala sesuatu yang mungkin tidak
menyenangkan hatinya. Akan tetapi saya lihat dia tidak diam dalam arti yang
sesungguhnya malah dia banyak belajar dari diamnya itu. Dia berusaha untuk
menjadi dirinya sendiri. Dia kemudian belajar desain grafis dan fotografi.
Laptop adalah teman sejatinya, tapi dia tidak boleh berlama-lama didepan layar,
konon bisa memicu kambuhnya. Membaca
buku adalah kesukannya, dengan buku-buku
itu dia dapat mengekspresikan dirinya sendiri. Contohnya dalam menyelesaikan
skripsi dia benar-benar serius mengerjakan skripsinya, sementara di dunia luar
ada beberapa yang minta pertolongan pihak lain untuk mengerjakan skripsinya
sehingga dia dapat gelar sarjana melalui tangan orang lain. Tanggung jawab Aska
sebagai mahasiswa besar sekali. Ini yang membanggakan saya sebagai orang tua
dan sebagai pengajar di perguruan tinggi.
Belajar musikpun tidak kenal lelah, memang pada waktu tangannya menari-nari diatas tuts piano, sering saya merasa miris, dia begitu masuk dalam musiknya sehingga terasa dia sedang menjerit-jerit minta tolong karena sakitnya, apalagi kalau dia memainkan pada suasana hening di malam hari. Saya hanya bisa memohon pada Allah Swt.. berilah kekuatan pada Aska... Saya selalu mengingatkan pada saudara-saudara dan teman-teman dekat saya, jangan memandang Aska sebagai orang pesakitan.. Dia akan menjadi tambah sakit kalau dianggap sebagai orang sakit.. Bila semua melihat Aska kambuh, usahakan untuk tetap seperti tidak terjadi apa-apa, yang ngobrol ya tetap ngobrol.. yang nyanyi ya tetap nyanyi.. dengan demikian Aska tetap merasa nyaman di sekitar mereka. Toh dia juga tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan dirinya pada saat kambuh.... Jika merasakan suasana panik maka dia kelihatan sekali seperti orang yang bersalah karena membuat panik semua orang sehingga dia kemudian merasa tidak nyaman. Memberi perhatian lebih misalnya dengan menunjukkan rasa kuatir, dalam konteks inipun terkadang mengurangi rasa kenyamanannya. So, dengan membiarkan Aska, just the way he is (meski kita waspada), sudah amat sangat membantu, karena dia adalah seorang Mars tulen, maksudnya bila dia tidak merasa nyaman dia akan masuk ke dalam gua. ( baca buku : Mars dan Venus). Guanya Aska adalah kamarnya sendiri yang didesain sendiri, disitulah dia sehari-hari mejalani kehidupannya, mungkin kalau tembok kamar itu punya mulut, dia akan bercerita banyak tentang kehidupan Aska sehari-harinya bahkan mungkin akan mencucurkan air mata. Waktu yang akan mengubah perasaannya, bila terasa sudah nyaman dia akan keluar dari guanya dan berinteraksi seperti biasa.
Belajar musikpun tidak kenal lelah, memang pada waktu tangannya menari-nari diatas tuts piano, sering saya merasa miris, dia begitu masuk dalam musiknya sehingga terasa dia sedang menjerit-jerit minta tolong karena sakitnya, apalagi kalau dia memainkan pada suasana hening di malam hari. Saya hanya bisa memohon pada Allah Swt.. berilah kekuatan pada Aska... Saya selalu mengingatkan pada saudara-saudara dan teman-teman dekat saya, jangan memandang Aska sebagai orang pesakitan.. Dia akan menjadi tambah sakit kalau dianggap sebagai orang sakit.. Bila semua melihat Aska kambuh, usahakan untuk tetap seperti tidak terjadi apa-apa, yang ngobrol ya tetap ngobrol.. yang nyanyi ya tetap nyanyi.. dengan demikian Aska tetap merasa nyaman di sekitar mereka. Toh dia juga tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan dirinya pada saat kambuh.... Jika merasakan suasana panik maka dia kelihatan sekali seperti orang yang bersalah karena membuat panik semua orang sehingga dia kemudian merasa tidak nyaman. Memberi perhatian lebih misalnya dengan menunjukkan rasa kuatir, dalam konteks inipun terkadang mengurangi rasa kenyamanannya. So, dengan membiarkan Aska, just the way he is (meski kita waspada), sudah amat sangat membantu, karena dia adalah seorang Mars tulen, maksudnya bila dia tidak merasa nyaman dia akan masuk ke dalam gua. ( baca buku : Mars dan Venus). Guanya Aska adalah kamarnya sendiri yang didesain sendiri, disitulah dia sehari-hari mejalani kehidupannya, mungkin kalau tembok kamar itu punya mulut, dia akan bercerita banyak tentang kehidupan Aska sehari-harinya bahkan mungkin akan mencucurkan air mata. Waktu yang akan mengubah perasaannya, bila terasa sudah nyaman dia akan keluar dari guanya dan berinteraksi seperti biasa.
Terkadang
saya berpikir apa yang menyebabkan Aska menjadi seperti ini apakah karena
lahirnya menggunakan forceps sehingga
pertumbuhan jaringan otak terganggu, apakah karena saya tinggal studi selama 2
tahun dan dia merasa kehilangan figur seorang ibu, apakah kelahiran adiknya
menyebabkan dia merasa kekurangan perhatian ataukah ada sebab lain.. hanya Aska
yang bisa menjawab... Memang jawaban ini tidak mempunyai pengaruh apapun pada
kehidupan Aska sekarang karena sudah berlalu, paling tidak.. memberi masukan
bagi yang lain agar supaya tidak terjadi atau meminimalkan hal yang serupa.
Kambuh yang
terburuk yang terjadi di Amplaz ( Ambarukmo Plaza), setelah 1 bulan dia tidak
kambuh tiba-tiba muncul dengan dahsyatnya ditengah suasana makan siang di
Tamansari Court, yang mengakibatkan Aska menjadi lemas sehingga tidak bisa
berjalan. Untung di Amplaz disediakan kursi roda sehingga membantu untuk sampai
ke mobil.
Ujian
skrispsi dan wisuda dapat dilalui tanpa hambatan, meski saya juga agak was was bagaimana
kalau kambuh pada saat ujian skripsi maupun wisuda. Tiga minggu sesudah wisuda
Aska menjalani operasi. Sebenarnya saya agak kuatir tetapi setelah melihat Aska
mantap hilanglah rasa kuatir tersebut. Sebetulnya rasa kuatir muncul sewaktu ingat teman yang operasi karena pendarahan otak...
tertimpa pintu garasi pada waktu gempa jogja setahun yang lalu. Operasinya
dilaksanakan 2 jam, paska operasi kelihatan sekali kalau dia kesakitan sampai
beberapa hari dan ingatannya agak terganggu, pemulihannyapun memakan waktu
sampai berbulan-bulan. Bandingkan dengan Aska yang akan dioperasi
pada syaraf otak selama 8 jam, apa jadinya Aska. Syukur Alhamdulillah operasi
Aska berjalan lancar dan hal-hal yang ditakutkan dapat teratasi berkat doa dari
kalian semua.
Saat ini, paska
operasi... Aska terlihat lebih semangat menghadapi hidup.. Dia sekarang begitu
memperhatikan kesehatannya, terapi jus buah dan menyeduh ramuan dedaunan dilakukan sendiri, yang sebelumnya harus ada
yang menyiapkan. Diapun ingin melanjutkan studi yang lebih tinggi, kami sebagai
orang tua tentunya mensupport keinginannya. Selama ini perhatian kami lebih
fokus pada Aska, terkadang saya merasa kasihan dengan adiknya yang mungkin
merasa perhatian kurang padanya. Untung adiknya bisa mengerti kondisi seperti
ini, ma kasih Minda....
Satu hal
untuk diingat Aska bahwa hidup itu penuh dinamika. Apa yang sudah diperoleh
sampai saat ini harus disyukuri dan apa yang belum dicapai, usahakan... akan
tetapi tidak perlu terlalu ngoyo, karena
kalau itu memang digariskan menjadi milikmu pasti akan datang. Do your best Aska....!!!
Semoga penyakit Aska.. bisa gone with the wind dan Aska selalu dalam lindungan Allah Swt. Amien.
***
"Ayahhhh..........mau sama Ayah....gendong", teriakan Sofia dari dalam kamar memecah lamunanku.
Aku pun langsung menutup semua file dan mematikan laptop.
"Aku harus segera masuk ke kamar", ucapku dalam hati
"Aku masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menjalani peranku sebagai orang tua, dan aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Seperti mama yang mampu menjalankan peran sebagai orangtua ODE dengan baik"
"Kebutuhan Sofia di usia 2,5 tahun ini adalah kasih sayang dan kesabaran orang tuanya, serta berbagai aktivitas untuk mengembangkan kemampuan motorik dan kognitifnya. Ini yang harus aku berikan untuk Sofia"
Aku buka pintu kamar dan aku sapa Sofia
"Sofia belum tidur?"
"Ayaaahhh.........", dia langsung mengangat tangannya menandakan bahwa dia minta aku menggendongnya
Segera aku gendong dia, dan dia pun langsung menyandarkan kepalanya dalam bahuku. Tidak sampai 10 menit, dia pun tertidur lelap
"Ih, emang anak Ayah nih", komentar istriku sambil tersenyum